My Devil's Husband, Rainer

irma erviana
Chapter #1

Chapter tanpa judul #1

Setiap orang pasti menginginkan sebuah pernikahan yang sempurna, dan berakhir sampai kakek nenek hingga hanya maut yang memisahkan. Namun, takdir selalu tak terduga. Siapa sangka pernikahan Arunika Clarissa harus berakhir dalam perceraian. Sesuatu hal yang sangat dibenci oleh kaum wanita.


Kini Arunika sudah resmi menjadi seorang janda tanpa anak. Setelah sidang perceraiannya yang terakhir, ia harus kembali menjadi tulang punggung ibu dan kakak lelaki satu-satunya itu. Alasan mengapa Arunika yang menjadi tulang punggung keluarga ialah, karena kondisi sang kakak yang lumpuh dan hanya bisa duduk di kursi roda, sedangkan Ayahnya sudah lama meninggal, sementara sang Ibu sudah sering sakit-sakitan.


Arunika kembali bekerja di sebuah bank swasta. Sebelumnya ia tidak bekerja setelah menikah karena suaminya seorang pengusaha. Makanya ia bisa bersantai dan membiayai kebutuhan ibu dan kakaknya.


Saat ini ia tengah disibukkan oleh para nasabah yang ingin membuka rekening. Saat nomor antrian berikutnya dipanggil. Seorang lelaki duduk di depannya.


"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Arunika tersenyum manis seperti biasa pada setiap nasabah yang ia layani.


"Kau Arunika, kan?" tanya pria itu.


Arunika mengerutkan dahinya. "Maaf, Anda siapa?"


Pria itu terkekeh. "Sampai saat ini kau bahkan tak pernah mengenalku."


Arunika semakin bingung dengan ucapan pria itu.


"Apa perlu aku mengingatkanmu tentang diriku? Kau ingat orang yang dulu memberimu setangkai bunga sepatu?" ujarnya.


Seketika memori beberapa tahun yang lalu saat Arunika masih berseragam putih abu-abu perlahan berputar bagai film. Ia mulai mengingat saat seorang anak lelaki menyatakan cintanya hanya bermodalkan setangkai bunga sepatu, dan tangan lainnya memegang satu balon. Belum sempat Arunika menjawab pernyataan anak lelaki itu, di saat yang bersamaan juga ada beberapa anak lelaki yang menyatakan cinta padanya. Hanya saja mereka membawa buket bunga dan coklat yang mahal-mahal. Arunika merupakan primadona di sekolah pada saat itu, jadi tak heran banyak anak lelaki yang tergila-gila padanya.


Perlahan anak lelaki berwajah culun itu mulai tersingkir ke belakang oleh mereka yang menyerobot paksa mendekati Arunika. Sampai ia tak terlihat oleh Arunika.


"Sudah ingat?" ucapan Pria itu membuyarkan lamunan Arunika.


"Oh, maaf. Tapi, sebelumnya apa keperluanmu datang ke sini? Karena antrian sudah mulai panjang." Arunika mengalihkan pembicaraan.


"Sampai saat ini pun kau masih mengacuhkanku, ya." Ia tersenyum sinis.


Sebenarnya bukan itu maksud Arunika. Ia hanya tak ingin mengobrol di luar pekerjaan pada jam kerjanya. Jika ketahuan atasan, bisa-bisa Arunika kena peringatan.


"Bukan begitu maksudku ... kalau ingin bicara nanti saja di luar jam kerja."


Lihat selengkapnya