Aku memandangi pesan line dari Arthur. Arthur mengirim gambar. Aku terkejut melihatnya.
Mereka udah ada didepan rumah gue aja.
Aku pergi beranjak dari tempat tidur, cuci muka lalu membuka pintu.
"Hai," sapa Arthur
"Masuk,"
Arthur duduk disofa lalu menyalakan televisi milikku.
"Mana Arine?"
"Ditaman belakang,"
"Oh. Bukannya malem ya berangkatnya?"
"Iya emang kenapa?"
"Nggak-papa, gue mau mandi dulu. Lo suruh Arine masuk sana,"
"Iya,"
Aku pergi meninggalkan Arthur yang sedang menonton televisi sendiri.
"Arine, masuk, jangan diluar!" Panggil Arthur sambil mengganti acara televisi kesukaanya.
"Mana Azura?"
"Lagi mandi,"
Mereka berdua asik menonton televisi, sambil memakan cemilan yang ada dimeja.
"Ra, cemilannya gue makan, makasih," ucap Arthur, yang sudah jelas tidak ada gunanya karena tidak akan terdengar sampai kamar mandi.
Selesai aku mandi dan rapi. Aku pergi menghampiri mereka berdua. Melihat tingkahnya yang seakan punya rumah membuatku heran dan geleng kepala.
Ada ya manusia kaya gini,
"Hehe..., enak ra," kata Arthur,yang menyadari kehadirannya diriku. Seakan tau apa yang ada dipikiranku.
"Kalian berarti izin sampai malem dong," ucapku, dengan nada bertanya.
"Iya-lah ra," jawab Arthur, tanpa menoleh, terus menonton acara kartun favoritnya itu.
"Kenapa nggak malem aja kalian kesini?" Tanyaku.
"Tau-tuh, Arine."
"Oh, Arine yang minta, nggak masalah kalau gitu,"
"Lah, kalau gue yang minta?"
Huft. Panci mana panci!
"Gue usir, pake nanya, kesal"
Aku melihat Arine, yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
"Nggak-papa-kan Ra," kata Arine, yang juga merasa tidak enak.
"Nggak-papa-lah Rin, lo masih mikirin mimpi semalem?
"Nggak sih Ra, cuma masih jelas diingatan. Takut kalau ini pertanda nggak baik,"
Sebenarnya perasaan aku mulai tidak enak hari ini. Entah karena apa
"Terus sekarang mau ngapain?"
"Gue tau. Minum coklat panas, minum teh panas, minum kopi panas,"
"Lo kebanyakan nonton kartun deh Ar, harus periksa besok" kataku.
***