"Oh, jadi gitu ya," kataku kepada seseorang penduduk yang bekerja dikebun sayuran tidak jauh dari Villa.
"Kenapa semua orang pada pindah pak?" Tanya Arine.
"Bapak juga tidak tahu" ucap bapak itu, sambil memetik tomat yang sudah siap panen.
"Mari pak," ucap Arine, lalu kami pergi.
Udara terasa sangat sejuk. Asri. Pepohonan yang rindang membuat sinar matahari tidak sepenuhnya terlihat. Kicauan burung memecahkan keheningan.
Berjalan menyusuri perkebunan dan mengabadikan beberapa objek.
Sudah lama aku tidak pergi ketempat seperti ini. Pemandangan yang disuguhkan sangat indah.
"Sinyal gue jelek disini," kata Arthur, mengangkat ponsel yang ada ditangannya, mencari sinyal.
"Wajarlah, didesa kaya gini," sahutku.
Kami terus berjalan. Dengan berhati-hati. Mengikuti papan pentunjuk arah yang sudah ada.
Terdengar suara air terjun yang khas dari kejauhan. Kami sangat bersemangat, cepat-cepat mendekati air terjun itu.
Aku sangat takjub dengan semua ini. Percikan air terjun, membuat sebagian bajuku basah. Aku menaruh tas kecil yang aku bawa sedikit jauh dari air terjun. Tepatnya disebuah gubuk kecil yang disediakan untuk pengunjung. Tidak lupa aku mengambil kamera.
"Guys!, foto yuk,"
"Kuy,"
Arthur dengan kaos putih dipadukan dengan celana jeans, yang simple Membuat ia terlihat kece.
Arine terlihat lucu dengan kaos abu-abu dipadukan outer hitam. Sangat simple.
Dan aku terlihat cute dengan atasan hitam putih bergaris yang dipadukan bawahan berwarna pink pastel.
Kami mengambil lebih dari 3 gambar. Dengan pose ciri khas masing masing.
Setelah kami puas mengambil gambar, Arthur pergi bermain air dengan Arine. Membuat sebagian badan mereka basah. Tidak denganku, yang menepi kedinginan.
"Ra, sini,"
"Nggak-ah Rin, dingin,"
***
Hari semakin sore. Langit terlihat cantik dengan perpaduan warna merah, jingga, dan unggu. Kami bersiap untuk kembali ke villa. Menata barang barang.
"Jangan sampai ada yang ketinggalan ya," ucapku, memasukkan kamera dan itu adalah barang terakhir sebelum aku meresleting tas yang aku bawa.
Kami pergi meninggalkan tempat itu. Berjalan dengan jalanan yang sama. Jalanan yang lembab dan basah karena embun yang tersisa pagi tadi.
Tidak sampai setengah jam berjalan, kami sudah sampai. Kami langsung menuju keran yang terpasang diluar villa, untuk mencuci tangan dan alas kaki kami yang sedikit kotor. Tidak terlalu bersih memang, karena hanya menggunakan air.
Meletakkan tas disofa ruang utama. Lalu aku pergi ke atas bersama Arine.
"Mandi dulu, baru kita liat fotonya,"
"Ok,"
Hari ini sangat melelahkan. Arine Mengambi handuk yang tegantung didekat pintu kamar mandi.
"Gue dulu ya Ra,"
Aku menjawabnya dengan ujung ibu jari yang disatukan dengan ujung jari telunjuk. Ok.
Duduk di ujung kasur. Dengan remot televisi ditanganku. Berniat menonton televisi sebentar.
Aku sedikit terkejut, karena melihat boneka yang aku temukan kemarin tidak ada ditempatnya. Aku ingat betul, bahwa aku menaruh didekat televisi ini.
"Ar!" Panggilku. Aku pergi meninggalkan kamar. Aku yakin ini pasti ulahnya.
"Arthur!" Panggilku sekali lagi.
Arthur baru saja keluar dari kamar bawah. Duduk disofa, asik bermain ponsel denga handuk berwarna putih dipundaknya