My Dream With Sensei

Gita F.A Kenanga
Chapter #1

Chapter 01

Parkiran kampus yang biasanya hanya dipenuhi oleh mobil mobil mewah, kini juga ikut dipenuhi oleh segerombolan mahasiswa yang berkumpul di suatu titik. Seorang gadis berambut ikal panjang yang menjadi pusat perhatian mereka. Gadis yang sangat dikenal oleh semua penghuni kampus. Bahkan dosen maupun dekan pun tak kalah mengenalnya dengan gadis ini.

"Wow, amazing. Jadi makin bagus aja nih mobil" Brenda meniup ujung penyemprot spray paint yang baru saja ia gunakan untuk mencoret coret mobil Honda brio milik salah satu mahasiswi disitu.

"Masalah lo apa sampe nyoret nyoret mobil gue kayak gitu, hah?" Kata gadis itu tidak terima.

"Masalahnya, lo ngambil tempat yang seharusnya nggak lo ambil" Brenda mengocok ngocok botol spray paint yang ia pegang, tanpa merasa bersalah sedikit pun. Karna ia rasa ini pelajaran yang cocok untuk gadis yang tiba tiba menempati tempat parkir mobilnya.

"Ini parkiran mahasiswa, kenapa lo sok berkuasa?" Kata Astrid bersungut-sungut. Dia adalah salah satu mahasiswi baru di kampus ini, dan dia tidak tahu dengan siapa dia berurusan saat ini.

"Oh, jadi lo nggak tau siapa gue? Hmm, tapi kayaknya gue nggak perlu ngasih tau lo." Brenda tersenyum miring, terkesan sinis.

Salah satu gadis lain yang baru datang langsung menenangkan Astrid. Agar tidak berdebat dengan Brenda, alias mahasiswi nomer satu dikampus paling populer ini. Bahkan tak ada satupun mahasiswa di kampus itu yang tidak mengenal Brenda. Kecuali para mahasiswa baru, seperti Astrid.

"Astrid, udah jangan berdebat sama dia. Percuma lo ngomong sama dia, dia itu emang nggak punya hati" ujar Reysa, sahabat terdekat Astrid yang sudah lebih mengenal tingkah Brenda selama ini.

"Ini tuh udah keterlaluan, Rey" Astrid melepaskan tangan Reysa yang merangkul bahunya.

"Gue bakal ngelaporin semua kelakuan lo ke dekan, dan gue nggak akan maafin semua kelakuan lo" Astrid maju satu langkah, berbicara dengan nada tinggi dihadapan Brenda.

"Sorry maafin gue. Jangan laporin gue ke dekan ya, nanti gue dikeluarin dari kampus ini" Brenda menyatukan tangannya memohon pada Astrid dengan nada memelas. Berhasil membuat Astrid mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Bagaimana bisa gadis yang tadinya sangat menyebalkan seketika nyalinya ciut.

Detik berikutnya, Brenda langsung tertawa keras. "HELLO?!! Lo pikir gue bakal minta maaf sama lo?, Silahkan aja lo laporin ke dekan, gue nggak takut" Brenda langsung menurunkan kacamata hitamnya, meninggalkan Astrid yang masih bersungut-sungut sungut tidak terima dan mahasiswa lain yang mulai membubarkan diri.

    ***

"Pak, permisi. Saya mau melaporkan tindakan dari salah satu mahasiswa di kampus ini yang sudah sangat keterlaluan" kata Astrid datar, ia masih belum terima dengan mobilnya yang dengan seenaknya dicoret coret oleh Brenda hanya karna menempati tempat parkir mobilnya.

"Apakah dia seorang gadis?" Kata dekan santai, karna sudah biasa mendapat laporan seperti ini.

"Iya, pak betul. Dia sudah mencoret coret mobil saya hanya karna_" 

"Cukup, saya akan mengganti semua kerugian yang telah ditimbulkan oleh putri saya" seseorang dengan postur tubuh tegap dan berwibawa memotong kalimat Astrid.

"Tapi pak, ini bukan tentang kerugian. Ini tentang attitude putri bapak" elak Astrid mencoba membela dirinya.

"Saya bilang, saya akan mengganti semua kerugian kamu. Apa masih kurang? Apa untungnya kamu untuk melaporkan semua ini pada dekan jika kamu tidak mendapat ganti rugi? Dan sekarang saya sudah mau menerima ganti rugi. Jadi sekarang kamu bisa keluar dari ruangan ini" pria itu membuat Astrid bungkam dengan nada suaranya yang cukup tinggi.

Tanpa bicara apa apa lagi Astrid langsung meninggalkan ruangan dengan suasana hati yang masih hancur. 

Andika mendaratkan bokongnya di kursi hadapan meja dekan. Ia menatap dekan itu dengan mata elang yang begitu tajam.

"Apapun yang dilakukan putri saya. Dia tidak berhak untuk dikeluarkan dari kampus ini. Karna saya merupakan pendiri kampus ini" kata Andika memperingatkan dekan itu.

"Tapi pak, semakin hari tingkah putri bapak itu semakin urakan. Dan membuat mahasiswa lainnya merasa kurang nyaman dengan tingkah putri bapak" elak dekan yang bernama Tio, mencoba untuk menceritakan tentang perilaku Brenda.

"Brenda tidak akan melakukan hal yang membuat mahasiswa lain merasa kurang nyaman. Selama anak itu tidak membuat masalah dengan putri saya" Andika menatap Tio dengan tajam, lantas beranjak berdiri dari tempat duduknya.

"Dan putri saya bukan anak yang nakal tanpa sebab. Bukan kah prestasi prestasi putri saya selama ini cukup membanggakan kampus kita?" Imbuh Andika seraya mengangkat satu alisnya.

"Baik pak, saya mengerti" Tio menundukkan kepalanya tak berani menatap mata tajam Andika. 

Ditempat lain...

Astrid masih merasa kesal karna aksi protesnya belum sempat di dengar oleh dekan, tapi sudah dicegah oleh pria yang masih bisa dibilang sangat muda dan tampan itu. Alias Andika.

"Trid, lo nggak usah cemberut gitu juga kali. Lagian lo juga udah dapet ganti rugi kan?" Kata Reysa, seraya mendaratkan minuman dihadapan Astrid.

"Lagian siapa sih tuh cewek, ngeselin banget. Gue nggak masalah ya sama mobil gue yang di coret coret sama dia. Gue cuma nggak suka aja kalo dia sok berkuasa" Astrid mengercutkan bibirnya kesal seraya mengaduk ngaduk minuman yang diberikan Reysa.

"Dia putri dari pendiri kampus kita ini. Jadi dia emang berkuasa sih" ujar Reysa datar seraya mengangkat bahunya.

"Mentang mentang anak pendiri kampus, jadi seenaknya aja. Kalo aja nih ya, lo nggak kuliah disini, gue udah nggak sudi lagi kuliah disini" tegas Astrid, entah pada siapa dia meluapkan rasa kesalnya itu.

"Dia emang gitu. Sampe sampe dia nggak punya temen dan lontang lantung sendirian kemana mana. Gue rasa dia gadis kaya yang bisa mendapatkan segalanya dengan mudah, kecuali cinta dan teman" timpal Reysa yang sudah cukup mengenal Brenda karena sudah lebih lama kuliah di kampus ini daripada Astrid.

"SIAPA YANG NYURUH LO DUDUK DISINI? APA LO JUGA NGGAK TAU INI TEMPAT SIAPA?" Suara Brenda membuat semua orang yang ada disekitarnya menatapnya dengan heran. Lagi lagi Brenda dibuat kesal oleh salah satu mahasiswi disitu.

"Iya iya, sorry. Tadi nggak ada orang yang nempatin, dan semua meja udah penuh, ya aku tempati aja" kata gadis itu mengalah.

"Udah, pergi sana. Gue mau duduk disini" usir Brenda yang langsung dituruti oleh gadis itu.

"Tuh kan, keterlaluan banget tau nggak sih. Kalo gue jadi tuh cewek, gue nggak bakal diem dan ngalah gitu aja" Astrid berkomentar tentang perilaku Brenda yang sok berkuasa.

Lihat selengkapnya