My Dream

Arum Firdaus Safitri
Chapter #1

BAB 1

Padatnya jalan raya membuat Cantya terjebak macet. Ia beberapa kali melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Ia semakin kesal dan emosi. Kenapa harus macet di jam segini.

"Pak macetnya panjang gak?" Cantya mencoba bertanya ke pada pak supir. Lebih parahnya, ia telat 1 jam. Bagaimana nanti dia berhadapan dengan gurunya yaampun.

"Masih lama neng, ini aja sudah satu jam lebih macetnya." jawab si pak supir itu. Cantya sudah kesal, rasanya ia ingin berteriak.

"Yaudah pak saya jalan aja deh, nih uangnya. Makasih ya pak." Cantya keluar dari mobil dan bergegas ke sekolah.

Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan sebuah motor yang menabrak bahunya. Ia lantas melihat siapa yang menabrak tadi.

"Lo gila ya, liat-liat dong. Punya mata kan lo!!" Omel Cantya. Pagi-pagi sudah kejebak macet. Di tabrak orang. Betapa sial dirinya itu.

Orang yang menabrak Cantya tadi hanya menatap dan pergi begitu saja tanpa meminta maaf.

"Asal main pergi aja lo. Minta maaf kek!!" Kalau tidak di jalan raya seperti ini, sudah ia jambak-jambak. Kalau mau sekalian aja berlutut dan meminta maaf.

Beberapa menit kemudian, barulah ia sampai di sekolah. Nafasnya tidak beraturan akibat berlari tadi. Ia berdiam diri di depan gerbang sekolah yang tertutup rapat. Bagaimana ia masuk.

"Gila sejam gua telat." ia melirik jam yang ada di pergelangan tangan.

"Bapak saya boleh masuk ya ya ya." Cantya mencoba membujuk pak satpam, agar gerbangnya dibuka.

"Si eneng kok bisa telat sih. Saya teh gak bisa bukain. Udah peraturannya neng kalo telat gak boleh masuk." Cantya mendengus kesal. Ini semua gara-gara macet. Mau tak mau Cantya harus berjongkok di depan pintu gerbang menunggu guru yang datang.

"Abis dah gua kena hukuman." Cantya berdumel sendiri. Menunggu takdirnya datang. Ia siap saat ini di hukum.

"Enak banget kamu ya dateng jam segini!!!" Takdirnya pun datang. Cantya menceritakan semua tadi di ruang guru kenapa dirinya bisa telat. Cantya pikir guru-guru akan percaya dengan apa yang ia nasibkan tadi. Tapi kenyataannya tidak. Dia harus hormat kepada bendera sang saka merah putih dibawah sinar matahari. Sunggu nasib yang buruk.

"Harusnya guru tuh tau kalo Jakarta tuh pasti bakal macet. Baca berita makanya pak bu. Ishh pingsan dah gua." lagi-lagi dirinya mendumel. Bagaimana tidak kesal. Guru telat memang kita hukum? Tapi sekarang lihat murid telat malah di hukum. Tidak adil.

Lihat selengkapnya