"Pak, olahraganya gak ada yang tempat adem pak?" Lili mengeluh pada Pak Dodi. Sedangkan murid lain hanya bisa pasrah.
"Gak usah banyak protes, saya juga gak kepanasan bukan kamu doang."
"Tapi panas banget pak, ayolah lah pindah tempat yang lebih adem. Di bawah pohon gitu." Lili masih mengoceh terus menerus. Bimo si anak baru tidak biasa dengan mendengar berisiknya suara Lili .
"Gak usah cerewet. Turutin aja kata guru. Ribet banget sih cewek." Bimo geram dengan Lili.
"Nah loh di kicepin ama anak baru." Celetuk Dendi ketua dari kelas ini . Semuanya tertawa melihat Lili terdiam karena balasan dari Bimo. Tidak biasanya Lili terbungkam dengan ucapan orang lain.
Seketika murid-murid terdiam ketika Pak Dodi membuka suaranya.
"Nama kamu siapa?" tanya Pak Dodi. Tunjuk ke arah Bimo
"Bimo."
Pak Dodi mengangguk. Lalu menulis nama Bimo ke dalam daftar nama kelas. Tidak di sangka ternyata semua matanya tertuju pada Bimo.
Tiba-tiba Deni yang di samping Bimo membuka suaranya.
"Gua baru tau lo seganteng ini Bim. Tapi gua paling ganteng." Celetuk Deni pada Bimo.
Deni menyibakkan rambutnya sambil di ikuti kedipan dari sebelah mata sehingga murid lainnya menatap jijik.
✨
Murid-murid terlihat capek setelah 2 jam olahraga tadi.
"Pak Dodi kejam banget suruh lari lapangan dua puteran." Ucap Hani memasang wajah capek dan mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan. Memang hari ini sangat panas.
"Kantin yuk. Laper gua," tanya Hani kepada Cantya yang masih asyik dengan handphone-nya. Hani menatap Cantya jengah, ia kalau sudah main handphone susah diajak ngobrol.
Hani merebut handphone milik Cantya dari tangannya. Cantya menatap Hani dengan kesal.
"Kantin yuk. Kebiasaan lo mah diajak ngobrol malah main hp," jawab Hani menatap Cantya dengan kesal.
Barulah Cantya beranjak dari kursinya dan pergi ke kantin. Di luar banyak sekali murid-murid yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Main basket, mengobrol, ada juga yang pacaran.
Cantya tak sengaja melihat ke arah lapangan. Dan melihat Bimo yang sedang bermain basket. Keringat di dahinya, rambut yang panjang dan basah. Cantya terpaku melihat itu. Ternyata dia cukup ganteng.
Cantya menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh seperti ini, ingat hanya teman sebangku tidak ada apa-apa.
Ternyata Bimo juga melihat ke arah Cantya kedua bola mata mereka saling bertemu. Tapi tidak ada yang mau memutuskan kontak mata.
"Heh! Liat apaan lo?" Hani membuyarkan lamunan Cantya dan memutuskan kontak mata dengan Bimo. Cantya buru-buru berjalan cepat meninggalkan Hani yang tengah bingung.
Gila lo Cantya. Ucap Cantya dalam hati.