Suasana kelas sangat jauh dari kata sunyi. Guru yang mengajar dikabarkan tidak masuk karena sakit. Suasana yang riuh di tambah udara panas menyengat dari luar sana.
Seorang gadis sedang termenung sendirian di bangkunya, bangkunya terletak di dekat jendela barisan ke dua. Gadis itu bernama Fatimah Syahida Khumaira. Fatimah mempunyai teman sebangku bernama Husy Shintya.
Fatimah merupakan gadis yang sopan, ceria, sederhana dan cenderung pemalu ketika orang baru mengenalnya. Tapi, Fatimah tak sungkan mengeluarkan sifat aslinya kepada orang yang sudah lama ia kenal, alias tak jaim. Haha.
Fatimah mempunyai perawakan tinggi, putih, mata bulat serta alis tebal. Sikap nya yang ramah membuat orang lain menyukai dirinya.
Gadis bernama Fatimah itu, baru saja membuka aplikasi sosial medianya yaitu Facebook. Fatimah gemar sekali men- stalker doi. Saat Fatimah melihat lihat akun sang doi, yang ternyata baru memposting sebuah poto . Poto itu menggambarkan dirinya yang sedang menjalankan rutinitas di pesantren, karena doi anak santri.
Bahunya kian merosot ke bawah, matanya menatap sayu apa yang ia lihat. Ia sangat merindukan nya, tapi rindu ini hanya bisa berdiam di hati tanpa ingin keluar dari mulut. Apalagi saat melihat sebuah komentar dari seorang perempuan, memang sih setauku banyak para kaum hawa yang terang- terangan mendekati nya ataupun cara berdiam seperti halnya diriku.
Komentar tersebut berisikan bahwa sang wanita menyukai postingan tersebut. Fatimah menelusuri semua yang berkaitan dengan wanita tersebut. Dan ternyata Fatimah menemukan sebuah kata yang mampu membuat dirinya sangat sedih, katakan Fatimah lebay atau semacamnya, Fatimah tak peduli.
Yang di temukan di akun itu, sepenggal kaliamat yang pernah doi berikan pada Fatimah juga. Kalimat yang membuat Fatimah merasa spesial, namun kenyataannya tidak. Ia memberikan sepenggal kalimat
"Ikhlaslah dalam berjuang. Tetap sabar dan Istiqomah ".
Kepada wanita itu. Sepenggal kalimat itu yang membuat Fatimah terbang dan tenggelam seketika. Wanita itu bernama Fatimah Khoirufatma.
Wanita yang banyak Fatimah dengar gadis yang sangat cantik, anggun serta perpendidikan agama yang luas. Bukan seperti dirinya, cantik? tidak. Anggun? Sangat jauh diri dari kata anggun. Pendidikan agama? Fatimah hanya mengaji di mesjid komplek-nya, dan kadang tak menutup aurat ini, tak sampai masuk pesantren seperti dia.
Lucu ya? Fatimah mencintai laki - laki itu, dan laki - laki itu mencintai wanita yang bernama sama dengan dirinya. Back to topik tadi Fatimah itu, menyimpan kalimat tadi di bio yang kemungkinan bisa dilihat oleh semua orang ! Catat semua orang. Bagaimana sih rupa asli dari Fatimah itu? Fatimah sangat sebal membacanya.
"Umiiii ... ngeliatin hp mulu deh perasaan! " teriak seseorang membuyarkan perasaan Fatimah tentang sang doi. Buru- buru Fatimah menyembunyikan hp nya di kolong meja.
"Isss ... kamu ngagetin aja deh Bell."
Fatimah memutar bola matanya, malas menanggapi Bella Sabina, orang yang meneriaki Fatimah.
"Umiii ! Dari tadi juga aku sautin gak di jawab - jawab tau gak sih! "
Jangan heran jika semua yang berada di kelas Fatimah memanggilnya Umi. Alasannya cukup simple, mungkin karena sikap dan perilaku Fatimah yang seperti ibu - ibu.
Tapi yang Fatimah tahu, panggilan Umi untuk ibu - ibu yang berada di pondok gitu. Perpendidikan agama bukan seperti dirinya. Aurat aja di tutup pas pengajian doang.Entahlah tapi Fatimah sangat cocok di jadikan ibu ucap mereka.
"Iya iya ... maafin deh, emang kenapa kamu manggilin aku Bel? " tanya Fatimah.
"Ngak sih hhe, cuman dari tadi Umi bengong sambil liatin hp, " Bella menjawab. "Jangan-jangan lagi nge stalker doi ya?" tanya nya lagi.