My Ending

Anisa Nur Fauziah
Chapter #2

My Ending #2

Shodaqollohul adzim.

Seorang laki - laki sedang bersila di atas sajadah merahnya. Ia telah menyelesaikan tadarusnya. Laki - laki itu mengangkat al- qur'an itu kedepan wajahnya dan menciumnya.

Tok tok tok

"Raka? Keluar sebentar! Bantuin Mama dong ! " pinta seorang wanita dari luar, Mamanya Raka

"Iya Ma, Raka kesana sebentar!" Sahut Raka menjawab Mamanya

Ya benar , laki - laki itu Raka Rizkan Afni. Laki - laki dengan perawakan tinggi, putih, dengan sarung dan peci yang menjadi pelengkap dirinya. Raka juga terkenal dengan wajahnya yang emm ... tampan hahah. Raka juga sopan, ramah, suaranya adem , pinter ngaji, dan ia juga salah satu keluarga holang kayah pokoknya Raka itu nyaris sempurna.

Raka menggerakan kaki nya keluar dari kamar menuju dapur. Membantu sang Mama yan memerlukan bantuannya.

Raka diminta menggoreng makasakan Mamanya , sedang kan Mamanya meracik bumbu masakan. Jangan salah, Raka itu anaknya rajin terus masuk persantren yang membuatnya mandiri. Raka juga pintar memasak jadi sempurna deh ! Gak sombong Raka mah.

Dalam hidup Raka, menghormati orang yang lebih tua merupakan hal yang wajib bagi ia yang berada di bawah mereka. Meskipun kaya , Raka terlihat sederhana dengan pakaian dan sikap nya yang sangat lembut tak membeda- bedakan.

Sudah hampir 4 tahun Raka menjalani hidupnya sebagai santri di salah satu pesantren modern yang bernama PonPes Riyadul Jannah .

Bukanya Raka ke-geeran , tapi banyak wanita di dekatnya yang terang terangan melihat dirinya dengan tatapan yang mengharapkan , ada juga yang menatapku so jaim . Tetapi Raka melihat semuanya soalah ia tak mengetahui apa yang terjadi. Raka tetap ramah kepada siapapun. Jangan salah, Raka juga punya sisi humorianya loh! Raka pandai melucu dan membuat orang di sekitarannya tertawa.

Hari ini, Raka sedang dalam libur bulanan dari pesantren. Tepat hari kamis, setiap bulannya minimal 2 hari sekali ia mendapatkan libur dari pondoknya. 

Allohu Akbar 

Allohu Akbar

Sayup - sayup suara adzan magrib saling menggema dari seluruh penjuru kota ini. Raka langsung bersiap-siap setelah meminta izin Ibunya. Raka pun melaksanakan solat magrib berjamaah di mesjid kompleks.

Kaki nya yang di balut sarung berwarna hitam di bawahnya terdapat garis berwarna putih lurus, berjalan menyusuri jalan yang akan membawanya ke tempat ibadah, mesjid. Selama menyusuri jalan, Raka menundukan pandanganya , sesekali melihat kearah depan .

Saat sampai di mesjid, ia langsung melaksanakan qobliah magrib. Raka tak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang mencuri pandang padanya. Di mulai masuk ke mesjid , sampai ia mengakhiri salam qobliah nya.

Seseorang itu, Fatimah. Fatimah melihat Raka dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan . Sosok Raka yang sudah lama ia tak temui , maksudnya tak sengaja bertemu kini berada si posisi saff pertama solat magrib.

Setelah melaksanakan sholat maghrib, Adnan Kaf'an Sauqi, sepupu Fatimah sekaligus teman akrab Raka mengajak Raka agar ikut bergabung dengan kami dalam acara mengaji. Meskipun Raka dan Adnan berbeda dua tahun tak menutup persahabatan mereka.

"Rak ! Kita ngaji - ngaji dulu lah! Mumpung kamu belum balik mondok," ajak Adnan, Adnan juga seorang santri yang kebetulan hari ini dia libur pondok.

Lihat selengkapnya