Anna menatap lamat ponselnya, ia sedang menunggu balasan pesan dari temannya virtualnya itu. Sudah 5 hari ini mereka tidak saling bertukar pesan. Percakapan panjang di malam hari itu, adalah kabar terakhir yang ia dapat.
Anna berpikir dengan keras, siapa tahu ada perkataan yang membuat Andika marah atau kesal padanya. Anna mencoba mencari jawaban dengan bertanya pada teman-temannya.
Seperti saat ini, dia telah berada di taman rumah Dira, sahabatnya.
“Mau cerita apaan An?” Dira datang sambil membawa sekaleng cola dan setoples cemilan.
“Dir, kamu ingat tentang Andika gak? Yang pernah Anna certain.”
Dira terlihat berpikir, menerka-nerka sosok yang di maksud Anna dalam benaknya. “Oh, yang anak kota itu?” yang hanya dibalas anggukan cepat oleh Anna. “Kenapa?” tanya Dira.
“Dia udah 5 hari ini gak ngasih kabar Dir. Kenapa ya?”
“Sibuk kali An. Kamu bilangkan dia ikut eskul PMR, kan itu sibuk banget Ann. Mana ini mau dekat-deket lomba lagi.”
“Ih, tapi dia bilang gak ada kesibukan kok satu minggu ini Dir. Selama ini, walaupun sibuk pasti dia sempatin balas SMS Anna kok.” Anna memasang wajah murung.
“Kamu ada salah ngomong kali Ann sama dia.”
“Nah itu Dir, terakhir kita ngobrol tuh ya tentang kegiatan sekolah dan...” Ucapan Anna terpotong, sepertinya ia mengingat sesuatu.
“Dan apa Ann?” tanya Dira penasaran.
“Anna gak mau kege-eran nih ya Dir. Tapi bisa aja dia cemburu?” Anna memelankan suaranya dia akhir kalimat sepertu sedang ragu-ragu.
“Cemburu sama apa?”
“Anna cerita tentang Kak Irfan sama dia. Tentang ia yang selalu menitipkan salam, tentang dia yang sangat tampan saat bermain basket dan tentang dia yang sekarang sudah berani mengirimi Anna pesan.” Anna menjelaskan secara detail apa aja percakapan mereka malam itu.
“Bisa jadi sih dia cemburu. Eh, tapi emang kalian lagi PDKTan Ann?”
Anna terdiam mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Memang benar ia tak tahu nama dari hubungannya dengan Andika. Sebenarnya rasa ketertarikan itu sudah mulai muncul pada Anna, tapi ia belum yakin dengan Andika. Awalnya Anna merasa memang teman virtualnya itu sedikit tertarik dengannya. Melihat bagaiman ia bersikap pada Anna selama ini. Tapi ia sedikit ragu.
“Apa ia Andika bisa merasa tertarik padanya sedangkan pria itu belum pernah secara ‘langsung’ bertemu dengan Anna. Dulu saja Anna hanya mengirimkan fotonya semasa kecil, bagaimana pria itu bisa suka?” Itulah pertanyaan Anna yang selalu berputar dalam benaknya.