Kata orang kalau suatu hubungan yang diawali dengan kebohongan, maka akhirnya akan terasa menyakitkan. Jika satu kali kita berbohong, maka akan ada kebohongan baru yang terucap untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya.
Maka dari itu, Anna memutuskan untuk mengakhiri semuanya sebelum terlambat. Jangan sampai perasaan yang ia miliki bertambah menjadi kuat dan menggodanya untuk berbohong lagi.
Berbagai akitivitas ia lakukan untuk menghilangkan atensi pria bernaman Andika itu. Namun tetap saja, percakapan-percakapan ringan yang sering mereka ucapakan berputar terus di benaknya. Bagaimana mereka mengejek satu sama lain, menguatkan satu sama lain, dan bagaimana mereka bertukar lulucon satu sama lain.
“Ann.” Panggil Iyan memasuki perpustakaan tempat Anna merenung saat ini.
“Napa?” tanya balik Anna dengan nada malas.
“Kamu yang kenapa?” tanya balik pria itu. Anna langsung memasang wajah bingung.
“Kan yang manggil kamu, jadinya aku yang nanya.” Balas Anna masih dengan wajah bingung.
“Sumpah, aku heran banget deh Ann. Kok bisa sih kamu dapat nilai bagus tapi kalau mikir suka loading gini.”
“Ngatain Anna ya?” tanyanya dengan nada selidik.
“Udah ah malas ngomong sama kamu.” Kesal Iyan karena harus menghadapi sisi Anna yang seperti ini.
“Ih gak jelas.” Keluh Anna sambil melihat punggung temannya itu yang mulai menjauh.
Anna melanjutkan lagi aktivitas merenungnya, dan tak lama terdengar lagi Langkah kaki yang mendekat.
“Iyan apalagi sih?” Kesal Anna karena ia yakin orang yang mendekat itu Iyan, tanpa menoleh.