Hal yang paling Andika takuti terjadi. Perasaan yang awalnya hanya semu kini benar-benar menjadi nyata. Ya, usahanya untuk mencoba dekat dengan wanita yang sudah nyata ada di dekatnya gagal total. Sepenuhnya ia yakini perasaan itu hanya untuk Rhaya, teman virtualnya.
Tampaknya hal itu sudah terlambat untuk disadari. Pasalnya, sudah 2 minggu ini Rhaya tak bisa dihubungi. Nomernya sudah tidak pernah aktif lagi. Bahkan ia mencoba menguhubungi menggunakan nomer lain, tapi hasilnya tetap sama.
Penyesalan memang datang terlambat bukan?
Rasanya ada aneh karena tak lagi bercerita dengan Rhaya sebelum tidur. Bahkan setiap pagi ia reflek mengambil ponselnya untuk mengucapakan selamat pagi. Namun lagi-lagi ia tersadar, teman virtualnya itu telah menghilang. Hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah membaca semua percakapan lama mereka, mencoba menghidupkan kenangan lama.
“Mas, dipanggil ibu itu.” Ucapan Nayla sukses memberhentikan aktivitas Andika memandangi ponsel itu.
“Udah lama manggilnya?” Andika berkata sambil beranjak dari ujung kasur.
“Ia, tapi mas gak dengar mulu. Mas sekarang jadi suka ngelamun.” Protes Nayla.
“Anak kecil sok tahu.” Ejek Andika yang memang disengaja untuk membuat adiknya itu kesal.
“Ibuuu..” Adu Nayla yang berlari menghampiri ibunya.
“Kenapa de? Kok teriak-teriak, masnya mana?”
“Itu bu mas ngeledekin adek anak kecil karena ngatain mas tukang ngelamun.” Mulut Nayla mengerucut lucu mengadu kepada sang ibu.
“Haha. Adek kan masih kecil. Emang tadi mas lagi ngalamun?”
“Ia, adek udah panggil-panggil tapi lama baru dibalas sama mas.” Nayla langsung memasang wajah kesal ketika melihat kehadiran Andika di dapur.
“Mas, ini adeknya ngambek loh.” Sang ibu malah ikutan meledek.
“Hahaha, biarin aja bu. Nanti mas kasih permen udah baik lagi.” Ucap Andika dengan nada mengejek, yang malah membuat Nayla tambah mengembungkan pipinya tanda marah.
“Hahaha, kalau itu pasti langsung luluh, tapi emangnya mas ngelamunin apa sih?”
“Tadi lagi main hp aja bu makanya gak dengan Nayla panggil.” Elak Andika.
“Bohong bu, orang mas Cuma diam ngeliatin foto anak kecil di hpnya aja kok. Gak ada gerak-gerik main game.” Perkataan itu membuat Andika dan ibunya tertawa. Kenapa bisa ia memiliki adik yang begitu cerewet seperti ini?