Pagi ini Andika terbangun seperti biasanya. Ia duduk sejenak lalu menutup matanya kembali untuk berdoa. Lalu tangan langsung meraih ponselnya memeriksa apa ada pesan masuk untuknya. Ini sudah menjadi kebiasaan semenjak ia berhubungan dengan Rhaya secara intens. Meski sekarang sudah berbulan-bulan ia tak mendapat pesan dari teman virtualnya itu, ia tetap memeriksa ponselnya kali-kali ada kabar dari Rhaya.
Ekspresi datar baru bangun tidur, itulah yang menggambarkan wajahnya sekarang. Biasanya ia akan tersenyum membaca pesan dari Rhaya, namun lagi-lagi ia belum mendapat kabar dari teman virtualnya itu.
Andika bergegas melakukan aktivitas pagi harinya, beribadah sejenak lalu bersiap untuk berangkat sekolah. Kali ini ia harus berangkat lebih awal karena ada kegiatan PMR sebelum jam pelajaran dimulai. Jarak rumah dan sekolah Andika tak cukup jauh, hanya memakan waktu 10 menit ia sudah sampai.
“Dik semangat banget sekolahnya.” Tegur temannya Reza yang entah muncul darimana.
“Napa sih Za? Seneng banget ngeledikin.” Kesal Andika. Reza ini memang suka sekali menjahilinya.
“Siapa yang ngeledekin sih,” protes Reza tak terima.
Mereka berdua berjalan menuju ruang PMR yang terletak di samping kantor guru piket itu.
“Dew, tuan muda Andika udah datang nih,” ledek Reza.
“Hahaha, udah Za nanti Andika marah nah sama kita.” Kali ini Dewi sang ketua PMR yang angkat bicara. Ia sudah terbiasa dengan sikar Reza yang menjahili Andika.
“Za kamu ini coba jangan jahilin Andika terus, nanti pas dia ngambek susah sendirikan.” Gadis berkacamata bulat itu mengingatkan Reza.
“Ia sayang, maaf ya,” jawab Reza masih dengan senyum jahilnya. Reza ini akan menurut kalau kekasihnya Putri yang bicara.
“Dasar bucin.” Kesal Andika padanya lalu mencari tempat duduk yang kosong.
“Iri bos?” pertanyaan Reza yang sebenarnya meledek Andika.
“Udah deh kalian berdua, ribut mulu. Kita mulai aja ya rapatnya.” Ucap Dewi dengan tegas.
“Jadi gini, Dinas Pendidikan mau ngadain Try Out untuk anak SMP, ngundang seluruh SMP di Kabupaten. Itukan nanti bakal ada lautan manusia ya, jadi setiap SMA yang punya tim PMR disuruh bantu jaga. Dari sekolah kita ngirim 6 orang. Nah, kalian-kalian ini lah yang bakal jadi tim kesehatannya.” Jelas Dewi.
“Acaranya dimana Dew?” tanya Putri si gadis berkacamata tadi.
“Di GOR sini, samping taman kota.”
Anggota yang lain hanya terdiam sambil menganggukan kepala tanda mengerti dengan apa yang dijelaskan Dewi. Sampai akhirnya ada satu pria yang berteriak memecahkan keheningan.
“ANDIKA!” Teriaknya, yang dimana sosok Andika duduk tepat di sampingnya.
“Kenapa sih Za?” Andika benar-benar jengah dengan kelakuan absurd sahabatnya itu.