Sepulang dari taman kota tadi, Anna termenung. Entah apa yang ada di pikirannya. Rasa bersalah terus saja menghampirinya, ya pertemuan yang tidak di sengaja tadi sepertinya menjadi penyebab utama Anna termenung.
“Ann, kenapa bengong terus sih.” Karin datang membuyarkan lamunan Anna.
“Rin, Andika itu orangnya kayak mana?” tanya Anna tiba-tiba.
“Napa? Naksir ya?” tebak Karin iseng.
“Sembarangan. Orang penasaran aja tadi karena habis ketemu.” Sanggah Anna dengan cepat.
“Haha. Hm, gimana ya? Dia orangnya baik sih ramah juga sama adik kelas. Sopan, lumayan pintar dan juga lumayan populer di sekolah. Gak tau deh apa alasannya dia bisa populer. Soalnya pas aku masuk SMP emang udah populer gitu.” Jelas Karin sambil asik bermain ponselnya, sedangkan Anna hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti akan ucapan Karin.
“Rin kalau Anna ngaku aja sama dia gimana ya? Anna gak tega tau.” Inilah salah satu sifat Anna, dia tipe orang yang suka gak enakan. Entah dia buat salah atau tidak, ia selalu merasa tidak enak.
“Mending gak usah aja Ann. Bisa repot nanti kalau Kak Velin sampe tahu.” Tolak Karin. Anna tak lagi berkata apa-apa. Ia masih sibuk dengan pikirannya sekarang. Mengaku atau tidak? Itulah yang memenuhi pikirannya.
Anna menjauhkan duduknya dari Karin, berpura-pura berbaring di sisi kursi. Ia sibuk mengetikan pesan di ponselnya. Setelah ia selesai mengirim pesan, Anna menampakan sedikit senyuman di wajahnya. Setidaknya ia tak sekepikiran tadi. Masalah hasil itu belakangan, yang penting udah usaha.
Ia lanjutkan aktivitas yang sempat tertunda tadi, yaitu bercerita bersama Karin. Entah cerita apa, yang pasti mereka selalu punya bahan pembicaraan jika bertemu.
Saat asik bercerita ponsel Anna berdering, menampilkan nama seseorang yang sedang menelpon. Mengambil Hp, Anna berjalan keluar untuk menjawab telpon tersebut.
“Halo.” Ucap Anna.
“…” tak ada kata yang keluar. Suasana hening.
“Halo?” ucap Anna sekali lagi.
“…” masih hening tak ada kata.
“Maaf ada apa ya?” tanya Anna kali ini.
“…” lagi-lagi tak ada jawaban. Dalam hati Anna merutuki orang ini, jika sekali lagi masih tak ada jawaban, Anna pastikan orang ini akan mendapat kulkas sarkasnya.
“Kalau gak mau ngomong apa-apa aku matikan ya. bye.”
“Tunggu..” Akhirnya ada yang bicara.