Tidak ada yang menyeramkan dari loteng itu. Aku pastikan itu. Hanya gudang penyimpanan barang lama sekolah yang jarang dipakai; scaffolding, palang rintang lama, kostum-kostum drama yang terlupakan, barang-barang semacam itulah. Terletak di puncak gedung lama sekolah; gedung kuno yang masuk daftar bangunan bersejarah Pemerintah Kota.
Interior loteng itu sebenarnya luas, namun menjadi terkesan sempit oleh barang-barang berdebu yang tidak tertata. Dengan satu daun pintu kayu yang kokoh, pegangan pintu kuno yang lebih terkesan malas diganti dari pada menjaga sejarah gedung itu. Ketika membuka pintu itu, seketika langsung berhadapan dengan jendela berbentuk lingkaran di ujung ruangan. Rak di kiri-kanan ruangan tertutupi barang-barang. Berdebu dan berserakan sarang laba-laba. Sepertinya itu cukup untuk menggambarkan kondisi loteng itu.
Tidak ada yang menyeramkan, tidak ada yang bisa memberi alasan seseorang untuk tercekat napasnya, berdebar jantungnya dan membantingkan punggung ke dinding di samping pintu setelah membukanya . Tidak ada alasan orang itu mesti memegangi lehernya sendiri seolah berusaha melepaskan sekat yang menghalangi napas.
Wajarkah jika seseorang bertingkah seperti itu? Bila membuka pintu suatu ruangan tanpa preconceive idea apapun, lalu melihat sosok menggantung pada seutas tali di dalam ruangan itu? Padahal sebenarnya tidak ada apa-apa di loteng itu! Tidak ada sosok apa-apa di dalam loteng itu! Yang dia lihat hanya ada dalam benaknya. Dia hanya melihat bayang-bayang masa lalu yang menyergap tiba-tiba saat ia hendak memasuki loteng itu. Yang dia lihat hanya ….