My Fair Rebelle

DMRamdhan
Chapter #2

Siapa Aku?

Human souls grow under the breath of pain ….

Jiwa manusia itu tumbuh dalam desah napas rasa sakit ….

Aku suka kutipan itu, meski aku tidak tahu aku dapatkan darimana. Ayahku, mungkin, tapi aku tidak ingat kapan dan apa konteksnya. Ayah sudah lama meninggal dunia. Kecelakaan lalu lintas; stroke ketika mengendarai sepeda motor. Mau tahu lebih detil? Ia terkena stroke ketika melaju agak kencang, sementara di sebelah kanannya menyusul truk sampah; ia terguling dan terlindas. Mau yang lebih detil lagi? Ah, tidak usah sungkan. Perasaanku sudah kebas soal ayahku. Oh, jangan berpikir aku tidak punya perasaan, ya. Aku masih punya empati, meski mungkin di bawah level normal. Sebut saja aku tidak lagi mudah sakit hati.

Namaku Nova, cowok, tujuh belas tahun—setidaknya dalam konteks cerita ini karena tentu saja dalam proses menulis ini usiaku terus bertambah, tapi persetan dengan itu. Aku bersekolah di SMA … terfavorit di kotaku, sebut saja begitu—aku tidak punya kewajiban memopulerkan sekolahku, lagi pula sistem pendidikan yang saat ini menaungi kami sebagai anak bangsa mengindikasikan kalau kata “favorit” sudah tidak layak lagi disandang sebuah institusi pendidikan. Ah, bagaimanapun aku tidak peduli soal itu. Yang pasti, aku sedang memaparkan kalau cerita ini berlatar belakang sekolah.

Aku tinggal tidak jauh dari sekolahku. Di sebuah kamar sewa—ya, ya, aku tinggal sendiri. Ibuku juga sudah meninggal. Pamanku dari pihak Ayah yang menjadi waliku. Aku memutuskan tinggal sendiri dengan dalih ingin melatih hidup mandiri. Beliau mengijinkan meski terkesan berat hati. Sesekali Paman menjengukku. Awalnya cukup sering, namun melihat pola hidupku yang cukup baik, ia biarkan aku dengan hidupku. Mengawasiku dari jauh. Sesekali aku telepon beliau, namun seiring waktu menjadi semacam laporan rutin yang … yang … rutin ….

“Bagaimana sekolah?”

“Baik. Tidak ada masalah. Ujian Akhir Semester tanggal dua puluh November, lalu dibagi rapor tanggal lima Desember.”

“Ya, Paman juga dapat pengumumannya dari WA grup. Baiklah, nanti Paman datang ke sekolah. Jaga dirimu baik-baik.”

Yah, seperti itulah kira-kira. Bisa menangkap gambaran yang aku maksud?

Lihat selengkapnya