"Sesaat aku terpana pada tajamnya tatapan mata yang tak ku tahu siapa pemiliknya"
-Nana-
2
Dering alarm memecah keheningan kala sang surya belum sempurna sinari bumi. Membangunkan seorang gadis yang masih asik dalam kegiatannya merangkai mimpi. Memaksa selimut putihnya tersingkap untuk segera beranjak dari ranjang kebesarannya itu.
Tak ingin membuang waktu, gadis dengan piyama merah muda itu bergegas ke kamar mandi dengan segala peralatannya. 20 menit sudah Nana bersiap hingga kini telah rapi memakai seragam lengkap dengan tas abu abu yang telah bertengger apik di punggungnya. Jangan lupakan rambut ekor kudanya yang menawan menambah kesan manis gadis dengan mata kecoklatan itu.
Setelah dirasa cukup, Nana berjalan menuruni tangga menyapa kedua orang tuanya yang ia yakini sudah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Pagi Ma"
"Pagi sayang" Andini mengulum senyum menyambut sapaan putrinya. Lalu kembali pada kegiatannya menghidangkan kopi untuk suaminya-Irfan.
"Pagi Pa"
"Pagi. Oiya Nan hari ini kamu bawa mobil sendiri ya ke sekolah"
"Loh, kenapa nggak bareng Papa aja?"
"Papa hari ini mau ke proyek, cek keadaan disana"
"Oh Oke Pa" sahut Nana bersemangat.
"Tapi kamu harus hati-hati loh Nan. Ingat pakai sabuk pengaman, dan jangan ngebut ngebut nyetirnya. Kamu juga jangan nerobos lampu merah" Oceh Mamanya panjang lebar.
"Iya Ma, tenang aja. Nan pasti hati-hati kok."
Ya memang sudah sejak lama Nana menantikan saat seperti ini. Pasalnya sang Mama tak pernah merelakan putrinya mengendarai mobil sendiri. Khawatir menjadi alasan kuat sang Mama. Tapi kali ini Mamanya menyerah. Toh putri kesayangannyaini sudah besar.