"Percaya atau tidak, menyimpulkan sebuah rasa memang tak semudah seperti saat kau meyakini bahwa dengan radarmu kau bisa menemukan 'ia' yang telah tercatat dalam takdir-Nya"
3
Kriiing !!
Nyaringnya bel istirahat seakan mempersilahkan para siswa siswi SMA Tunas Bangsa untuk segera berdamai dengan perutnya.
Tak ketinggalan Nana- gadis kalem yang dengan kepolosannya mampu membuatnya menyandang gelar sebagai gadis favorit di sekolah.
Begitulah kira kira desas desus yang ia dengar dari Sisil. Tak menggunakan kesempatan itu, Nana bersikap wajar pada semua siswa tanpa bermaksud mengandalkan ketenarannya.
Pantas memang jika ia disebut sebagai gadis favorit. Karena selain cantik, ia juga pintar baik dalam akademik maupun musik. Tapi kembali lagi, Nana tak ingin meninggi. Seperti biasa sifat kalemnya tak pernah lupa ia bawa.
Jalan beriringan dengan dua gadis berbeda kepribadian di samping kanan-kirinya. Nana akhirnya tiba di kantin. Bergabung diantara kerumunan siswa yang memiliki tujuan serupa.
"Sil"
"Mie ayam 1, nasi goreng 1, sama es jeruk 2 kan" Sisil yang sudah hafal dengan kegemaran dua sahabatnya segera bergabung kedalam antrian.
Seperti biasa dia akan dengan senang hati mempersilahkan Nana dan Rima menunggunya membawakan pesanan mereka. Alasannya sederhana, Sisil suka mengantri. Aneh? Entah apa yang begitu menarik dalam antrian itu.
Nana merasakan sebuah tangan mendarat di pucuk kepalanya.
"Vino! Nggak pake ngacak rambut bisa nggak"
"Enggak, hehehe"
Kapan lagi melihat sepupunya ini tak terkendali tanpa ice cream penenangnya. Memang hanya Vino lah yang dengan segenap cara selalu bisa membuat Nana meninggalkan sebentar ke kalem annya.
"Jahil banget sih lo" dengus Nana kesal
Vino terkekeh, kemudian mengalihkan pandangannya pada gadis disamping Nana.