Aku meninggalkan kediaman Sultan dengan perasaan gusar. Menyebalkan sekali, pagi-pagi begini sudah dibuat badmood karena ulah tiga orang itu. Bertindak seenaknya tanpa memikirkan perasaanku sama sekali. Mereka hanya memikirkan keuntungan mereka saja.
Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Membelah jalan raya yang tampak sibuk dengan lalu lalang kendaraan. Ini memang sudah masuk jam berangkat kantor. Artinya aku akan terlambat karena aku belum bersiap sama sekali. Gara-gara tante Nirina yang memintaku datang kesana hanya untuk membicarakan hal nggak penting seperti itu. Kutambah kecepatan mobilku agar segera sampai di rumah. Aku harus segera ganti baju dan berangkat ke kantor.
Jangan bingung kenapa anak konglomerat sepertiku masih harus kerja di kantor. Karena ini juga keinginan calon ibu mertuaku tersayang. Tante Nirina bersikeras agar aku bekerja di perusahaan mereka agar aku mengerti peran dan tanggung jawab sebagai nyonya Atmawijaya. Padahal, beliau sendiri sama sekali tidak bekerja. Bahkan mungkin buta dengan urusan perusahaan. Lalu kenapa aku harus bekerja keras dengan bekerja menjadi staf mereka?
Dengar kan? STAF. Aku bekerja dari bawah. Sejak aku masih kuliah sudah mulai part time menjadi staf bagian perencanaan di perusahaan mereka. Dan selama enam bulan terakhir ini, aku sudah naik jabatan menjadi asisten manager. Seperti yang tadi aku katakan. Aku perempuan dengan segudang prestasi membanggakan.
Bahkan ayahku yang dingin dan gila kerja itu saja tidak pernah menyuruhku bekerja di perusahaan keluarga kami. Tapi tante Nirina sepertinya memang sengaja membuatku agar tidak betah menjadi tunangan Sultan. Ingat kan kata-kataku? Tante Nirina tidak menyukaiku sejak dulu. Jadi dia berusaha menyiksaku dengan berbagai cara. Termasuk menyuruhku bekerja.
Tapi jangan salah. Aku bukan gadis manja yang tidak bisa melakukan apapun. Aku malah senang bisa bekerja di Atma group. Hitung-hitung mencari pengalaman. Karena, perusahaan keluargaku tidaklah sebesar perusahaan atmawijaya. Jadi, kenapa harus bersedih saat kita menerima kesempatan bagus?
"Dari mana kamu?" Ayah sudah berkacak pinggang di depan pintu kamarku ketika aku sampai. Matanya melotot menandakan kemarahan yang teramat sangat. Aku memang tidak sempat meminta ijin saat pergi tadi karena terburu-buru.
"Dari rumah Sultan, Ayah." Jawabku tenang. Karena Ayah tidak akan pernah marah jika aku melakukan hal yang berhubungan dengan keluarga Atmawijaya. Tentu saja karena hal itu akan menguntungkan keluarga kami jika aku dekat dengan mereka. Ayahku memang lebih peduli pada keuntungan perusahaan dari pada aku, anak gadis satu-satunya di keluarga ini.
"Oh baguslah. Kamu memang harus mendekatkan diri dengan mereka. Bersikap baiklah pada keluarga calon suamimu itu." Kata Ayah dengan ekspresi lembut. Jengah, tentu saja. Dia hanya akan bersikap baik padaku jika apa yang aku lakukan menguntungkan baginya. Entahlah... Sebenarnya, apa aku ini anak pungut? Kenapa Ayah tidak pernah menampakkan kasih sayang padaku?
Berbeda dengan kedua kakak lelakiku yang selalu mendapat pembelaan dari Ayah. Meski mereka berbuat salah sekalipun, Ayah akan selalu memaafkan mereka dan justru memintaku, yang notabene anak yang paling kecil, untuk mengalah kepada kedua kakakku. Hanya karena gender, Ayah membedakan kasih sayangnya. Karena menurutnya, Anak lelaki itu sangat berharga. Mereka klah yang nantinya akan meneruskan perusahaan. Tidak sepertiku yang anak perempuan, hanya berharga untuk ditukar dalam pernikahan.
"Iya Ayah." Jawabkku singkat. Sengaja aku tidak menceritakan apa yang terjadi di rumah atmawijaya, Aku sudah terlambat. Aku harus bergegas bersiap-siap agar tidak mendapat kritik pedas dari beruang kutub yang menjadi atasanku. Karena dia terkenal sangat kejam pada bawahannya.
Aku bergegas masuk ke kamarku dan mengganti pakaianku dengan pakaian kerja. Aku memang belum berhijab, tapi aku selalu menjaga pakaianku agar tidak terlalu ketat dan terlihat sopan. Aku bukan penggila fashion yang harus selalu memakai pakaian model terkini dari brand-barnd ternama. Tapi bukan berarti ak kuno dan tidak modis ya. Aku tetap menjaga penampilan dengan gayaku sendiri.