Yes! Berkat berita tak terduga yang kusampaikan pada pak Athar. Aku tidak jadi dimarahi oleh pak manager senewen itu. Beliau tampak begitu terkejut dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Akhirnya aku diperbolehkan kembali ke mejaku tanpa ceramah panjang lebar dan menusuk hati dari pak Athar.
Aku bekerja dengan giat seperti biasanya. Aku harus membuktikan kualitasku sebagai asisten manager termuda di perusahaan ini. Semua ini ku gapai dengan keuletan dan kerja kerasku. Bukan karena koneksi apalagi status calon menantu.
Siang ini aku memutuskan untuk istirahat di kantin kantor saja. Aku ingin menebus keterlambatanku tadi pagi dengan istirahat sebentar saja. Kalau makan diluar kan pasti membutuhkan waktu yang lebih lama. Belum macetnya, belum antri beli makanannya.
Tapi rupanya, pilihanku hari ini adalah pilihan yang sangat salah. Bagaimana tidak, baru saja mau mulai makan, nafsu makanku harus hilang karena melihat kedatangan dua orang tak tahu diri dan tak tahu tempat. Sultan, dengan bangganya menggandeng tangan Aylia memasuki kantin perusahaan ini. Huekk, rasanya ingin muntah seketika melihat tingkah mereka berdua.
Aku mencoba bersikap cuek dan kembali menyendok makanan di hadapanku. Meski nafsu makan sudah hilang, tapi aku butuh tenaga untuk bekerja. Jadi aku harus makan, apapun suasananya.
"Nona Jingga?" Tanya suara merdu yang entah bagaimana terdengar menyebalkan di telingaku. Wajahnya terlihat terkejut melihat keberadaanku. Lagi-lagi aku harus berpikir keras, dia sedang akting atau memang benar-benar polos? Karena harusnya Aylia tahu aku bekerja di perusahaan atmawijaya. Jadi bukan hal mengherankan jika aku berada di kantin perusahaan ini.
Sultan, pahlawan kesiangan itu dengan sangat protektif langsung merangkul Aylia dan menarik gadis itu agar berdiri lebih rapat padanya. Kemudian memasang wajah berang padaku. Sampai aku harus menerka, apa lagi kesalahanku? Aku bahkan belum menggerakkan satu jaripun. Kenapa Sultan bersikap seolah aku telah menyerang peliharaan kesayangannya?
Akhirnya setelah mengenyahkan segala rasa sebal dan muak yang menyeruak dalam dada, aku berhasil tersenyum sopan pada dua makhluk dengan wajah rupawan yang sedang berdiri di hadapanku. Ya, wajah mereka berdua memang di atas rata-rata. Kalau saja tingkah mereka tidak menyebalkan, pastilah menyenangkan melihat maha karya seindah ini.
"Kenapa kamu diam saja tidak menjawab kata-kata Aylia? Kamu meremehkannya ya?!" Sultan berkata dengan wajah memerah marah. Tuh Kan! Salah lagi aku. Padahal aku diam saja. Hanya tersenyum! Tapi ternyata diam juga salah dimata Sultan. Maunya apa sih nih anak orang!