My First and Last

fransisca Lukito
Chapter #14

Part 13

Di ruang makan yang menjadi satu dengan dapur, Velove dan Alvin menikmati cream soup, menu santap pagi buatan Alvin.

Selain cream soup, Alvin juga membuat beberapa lembar omellete dan meletakkan di dua piring yang tersedia.

Sembari menyantap makanan masing-masing, mereka pun bertukar cerita.

Velove meneguk susu cokelat dari gelasnya perlahan, "Kenapa kamu mau jadi DJnya Melly's Garden? Kehidupan malam 'kan identik dengan image miring."

Alvin menyunggingkan senyum simpul di bibirnya seraya mengiris omellete, "Engga semuanya miring. Aku terpaksa kerja jadi DJ karena biaya hidup tinggi. Kamu tau 'kan biaya hidup di Jakarta beda sama daerah lainnya."

Velove melirik sekilas, "Tapi, tampangmu itu bukan tampang orang yang biasanya dekat dengan dunia malam."

Alvin melahap omellete dan mengunyah hingga tuntas, "Hahahaha, kamu ini polos ya."

"Aku jujur, Vin." Velove menanggapi seraya mengiris bacon di piringnya.

Alvin meneguk kopi dari cangkirnya, "Memang banyak yang engga percaya kalau kerjaanku DJ. Banyak mengira di awal aku ini pengusaha."

Velove melahap pancake dan mengunyah, "Ehm, memang cocok kok. Semacam pengusaha muda."

Mendengar pernyataan itu membuat senyuman di wajah Alvin perlahan memudar. Ia seolah teringat akan keluarga dan problematika yang dialaminya.

Melihat hal itu, Velove menyudahi santap paginya dan memanggil, "Vin?"

Alvin tersadar, "Ah, iya? Ada apa?"

"Aku udah selesai makannya. Thanks ya buat breakfast treatnya," ucap Velove dengan senyuman manis di bibir merahnya.

Kedua manik mata Alvin menatap senyuman pada wajah gadis yang duduk di hadapannya. Seketika, ia merasakan sesuatu yang aneh pada jantung dan juga wajahnya yang merona perlahan.

Jantung yang biasanya hanya berpacu normal kini berdetak semakin cepat. Hal itu pun dapat didengar oleh Alvin. Ia juga menggaruk tengkuk dan sedikit menunduk demi menutupi rona di wajahnya.

"Apa ini? Perasaan aku liat cewek lain senyum engga kaya gini. Tapi, kenapa pas liat cewek ini senyum rasanya aneh dan ga jelas??" Alvin bergumam dalam hati keheranan dengan apa yang dialaminya.

Alvin yang terdiam kembali mendengar suara Velove bertanya, "Vin? Kamu jadi 'kan antar aku pulang?"

Alvin menelan saliva perlahan, "Jadi kok. Sekarang atau nanti?"

Velove melirik heran, "Sekarang dong. Kalau engga bisa makin ditanyain sama ortu."

Alvin pun melenggang dan berjalan menuju kamar, "Aku ganti baju dulu."

Lihat selengkapnya