Selagi Velove berusaha mengingat nama dari pria yang menyelamatkannya semalam, Metta mengulas senyum dan melirik Velove sekilas.
"Jangan dipaksa, Ve," ujar Metta lembut.
Mendengar tanggapan salah satu sahabatnya, Evelyn justru mengerucutkan bibir, "Metta mah gitu. Kita semua ini kepo sama cowok dj itu."
Sementara Velove masih berusaha mengingat di dalam benaknya, "Kok segitu mudahnya aku lupa namanya? Padahal wajahnya familiar, terutama senyumnya."
"Hey, DJ misterius, kenapa namamu mudah terlupa olehku? Kini teman-temanku terus menilik tentangmu."
Seperti itu lah kata-kata yang terlontar dalam benak Velove. Ia juga diliputi rasa penasaran tentang pria yang menolongnya malam itu. Lebih mengejutkan lagi, pria itu tak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Di waktu yang sama, Benita melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 11 siang. Wanita berambut pirang itu juga mendapati atasannya tengah mengawasi gerak geriknya bersama dengan yang lain.
Menyadari hal itu, Benita mengingatkan keempat sahabatnya, "Ehmm, guys. Kayanya kita mesti kembali ke meja masing-masing."
Angel mengerutkan keningnya heran, "Ngapain? Lagi asyik kepoin Ve gini. Nanti aja deh."
Lalu, Benita memberikan sinyal kepada masing-masing rekannya lewat lirikan mata. Hal itu sontak membuat masing-masing dari mereka mulai berdiri, termasuk Velove. Sementara Evelyn, Angel, dan Metta bergegas berjalan keluar dari ruangan itu.
Setelahnya, situasi di ruangan Velove dan Benita pun kembali hening. Masing-masing dari penghuninya fokua mengerjakan bagian masing-masing.
***
Waktu yang terus bergulir menghantarkan Velove dan keempat sahabatnya pada jam makan siang, jam 12.
Namun, rupanya kelima wanita karir itu tak satu pikiran kali ini. Beberapa dari mereka tak berselera untuk bersantap siang di fine dining restaurant.
Evelyn menatap dengan memelas, "Menu di Toby's Estate lumayan lho. Kebetulan hari ini promo."
Velove menanggapi, "Tapi, aku lagi engga pengen makan di restoran sejenis itu."
Metta turut mengiyakan perkataan Velove, "Aku juga. Rasanya pengen makan di warteg aja."
"Yee, Metta ish. Cantik-cantik makan di warteg," cibir Angel dengan senyum jahil terukir di bibirnya.
Melihat hal tersebut sukses membuat Benita menghela nafas pelan, "Udah ah, kita makannya mencar aja deh. Kok rasanya ribet."
Evelyn menanggapi, "Oke. Kita polling terbuka. Dimulai dari Angel."
Angel tersenyum simpul dan mengangkat tangan kanannya, "Makan di restoran lah. Aku engga kebiasa makan di pinggir jalan."
Kemudian, Benita mengangkat tangan kanannya, "Aku mau ngafe aja sambil ngobrol santai."
Memiliki keinginan yang serupa, Velove dan Metta pun mengangkat tangan serta berucap bersamaan, "Cafe!"