My First and Last

fransisca Lukito
Chapter #20

Part 19

Hari baru pun tiba. Saat ini, tepatnya di apartement milik Alvin, laki-laki itu baru saja mengumpulkan kesadarannya dan turun dari tempat tidurnya. Sebelum beranjak keluar dari kamar, ia melakukan peregangan otot lengan dan punggung.

Lalu, ia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Seperti biasa, ia memilih untuk menggosok gigi dan mencuci muka terlebih dahulu sebelum memasak serta menyantap sarapan.

Perlahan merasakan sensasi dingin pasta gigi dan sikat yang menggosok giginya, Alvin mengumpulkan setiap kegiatan yang akan dilakukannya hari ini dalam pikirannya. Ia merupakan tipe pribadi yang cukup teroganizir dalam hal kegiatan sehari-hari.

"Pagi ini, absen di bar. Terus edit dan remix daftar playlist." Alvin bermonolog dalam hati seraya berkumur dan membersihkan bibirnya dengan air mengalir dari kran.

Kemudian, ia meraih handuk dan juga pakaian ganti. Saat melaksanakan ritual mandi di bawah shower, ia melanjutkan mendata kegiatan yang sempat tertunda untuk beberapa menit.

"Terus, nanti siang ke laundry dan antar blousenya Velove." Alvin bermonolog dalam batinnya. Di saat itu juga, ia teringat akan wajah wanita pemilik nama tersebut.

Wajah yang mendadak hadir dalam benaknya itu menyunggingkan senyum manis. Kedua netra wanita itu memancarkan kharisma tersendiri yang membuat Alvin termenung di bawah guyuran air dingin dari shower yang dibukanya.

Beberapa detik kemudian, laki-laki itu menggelengkan kepalanya, tersadar dan mematikan shower yang mengguyur dirinya. Ia kembali berujar dalam hati, "Kenapa bayangan wanita itu terus melekat dalam pikiran? Padahal, aku juga engga begitu sering nemuin dia. Tahu tentang latar belakang dan keinginannya aja engga."

Usai menyelesaikan kegiatan mandinya, Alvin mengenakan polo shirt berwarna merah marun yang disandingkan dengan celana jeans slim fit dengan motif sobek-sobek. Tampak casual dan sederhana, namun hal itu tak meruntuhkan citra tampan yang melekat pada dirinya.

Setelahnya, ia melangkah menuju dapur dan memeriksa bahan makanan di kulkas yang bersebelahan dengan tempat cuci piring. Didapatinya beberapa bahan seperti telur, sayur-mayur, dan daging ayam fillet. Selain itu, ia juga menemukan dua bungkus roti tawar dan dua pack ham sapi.

"Oke, sandwich aja kalau gitu," ucap Alvin seraya meraih ham sapi, dua butir telur, satu buah sayur selada, dan dua buah tomat. Ia juga meraih dua botol saus dan juga mayonaise.

"PERRSSSSH.." Alvin memanaskan minyak goreng di atas wajan dan memecahkan dua butir telur. Lalu, ia menambahkan sedikit gara pada telur tersebut. Dibolak-baliknya secara perlahan hingga matang merata. Kemudian, ia menaruh dua telur mata sapi di atas piring. Sesudahnya, ia juga memanggang ham sapi di atas teflon hingga matang.

Setelah semua bahan yang dimasaknya matang dengan sempurna, Alvin mulai meracik sandwich di atas piring dan melahapnya pelan. Rasa gurih roti isi dan pedas yang berasal dari saus sambal membuat dirinya tersenyum pelan.

"Memang aku engga dilayani seperti di rumah, dan makanan ini bukan yang terenak. Tapi, setidaknya hidup sederhana seperti ini udah buat aku bahagia. Aku engga perlu merasa tertekan karena keinginan papa atau lainnya." Alvin bermonolog sekaligus mensyukuri hidup yang dijalaninya kini.

***

Sementara itu, di waktu yang berbeda, Velove baru saja menyelesaikan sarapan. Kini, ia sedang memanggil taksi online dari aplikasi yang terpasang di ponsel pintarnya. Seraya menanti taksi online menjemput, ia mulai membuka aplikasi sosial media yang identik dengan logo kamera dan memiliki campuran warna kuning dan ungu tersebut. Di sela kegiatannya bertamasya di laman timeline, ia mendapati iklan yang diposting oleh Melly's Garden. Iklan itu mengumumkan tentang potongan harga pada menu dan beberapa minuman khusus. Pada iklan itu juga, terpampang jelas wajah Alvin sebagai DJ spesial yang selalu setia menemani.

Velove menatap foto tersebut sekilas dan mengalihkan pandang ke arah lain. Ia berujar dalam hatinya, "Pagi-pagi udah ada iklan dan wajah dia aja nih. Serasa, aku mesti tagih blouseku ke dia. Padahal, dia udah janji anterin siang ini."

Di saat itu juga, suara klakson mobil taksi berbunyi, "TIINNN TIINNN.."

Velove dengan segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia bangkit dari kursi dan melangkah melewati pagar. Dengan konsentrasi utuh pada kantor dan pekerjaan, ia memasuki mobil taksi dan menutup pintu perlahan.

"Ke kantor Garryson Company ya, mbak?" tanya pria berusia 35 tahun selaku supir taksi online pagi ini.

"Iya, mas." Velove mengangguk pelan.

Tanpa berbasa-basi, supir tersebut dengan segera melajukan mobilnya ke jalan raya. Mobil tersebut membelah jalanan yang padat akan mobil dan kendaraan roda dua yang terjebak lampu merah.

Lihat selengkapnya