My First and Last

fransisca Lukito
Chapter #22

Part 21

Sementara itu, Alvin dan Jevon yang fokus dalam menghibur para pengunjung bar, menggila dengan deretan lagu yang mereka campur dengan remixer.

Bahkan, sesekali, Alvin berteriak dan menggerakkan satu tangannya ke atas. "Put your hands up, everybody!!" Suara bass itu menggema di seluruh pelataran panggung dan menguasai telinga para pengunjung.

"Woohoo!!" Segerombolan muda-mudi menari seraya melambaikan tangan ke arah Alvin.

Sementara, Jevon yang baru saja melepas headphonenya memilih untuk mengabadikan moment riuhnya suasana bar Melly's Garden. Sorotan kamera dari ponsel androidnya mengarah pada para pengunjung yang sedang asyik meliuk-liukkan tubuh masing-masing. Beberapa dari mereka juga tampak menari dengan pasangan yang menemani.

Video dari keseruan yang dilakukan oleh Alvin dan para pengunjung bar tersebut menjadi update story teranyar dari akun sosial media Melly's Garden Bar. Hal itu juga dilihat oleh Velove yang kebetulan sedang memantau akun sosmed dari bar yang cukup terkenal di Jakarta Selatan tersebut.

Guratan senyum menyambangi wajah elok wanita itu sesaat kedua matanya mendapati paras rupawan Alvin yang tengah menghibur pengunjung-pengunjung yang larut dalam dentuman musik bergenre house remix.

"Move your body, guys! Let's go!" Suara bass milik Alvin terdengar beriringan dengan musik yang diputarnya. Hal itu membuat Velove terkesima dengan senyum yang masih merekah di bibir merahnya.

"Enjoy banget di atas panggung. Padahal, kelihatan banget kalau dia lagi capek. Aku heran sama cowok yang mau belain kerja di bidang kaya gini tapi perilakunya jauh banget dari kerjaannya." Velove berbisik dalam hatinya, masih terheran-heran mengapa laki-laki baik seperti Alvin rela bekerja susah payah di malam hari bersama dengan deretan lagu yang berdentum.

Lalu, ia pun menutup semua aplikasi yang aktif pada ponsel. Dengan beragam asumsi dan pertanyaan, Velove berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi dengan satu lampu berbentuk lingkaran yang bersinar terang. Namun, dari sekian pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam otak, ego dirinya menghampiri.

Tapi, untuk apa aku kepo soal Alvin dan latar belakang keluarganya? Lagipula, dia cuman teman, bukan sahabat atau terikat hubungan yang dekat. Sudah lah, dia cuman cowok biasa. There is nothing special on him, Ve." Velove berusaha meyakinkan dirinya bahwa akan lebih baik jika dirimya tak mendekat atau berusaha mengenal Alvin secara jelas.

Selain itu, ia menepuk keningnya perlahan dan berujar dengan nada kecil, "Aku bukan tipe wanita yang bisa terhanyut dalam hubungan atau perasaan mendalam seperti cinta. Aku akan tetap sama meski berapa banyak pria hadir dalam hidupku!"

Kemudian, ia pun memejamkan kedua matanya perlahan, membiarkan kantuk yang hanya seulas menguasai tubuh dan pikirannya. Dalam hitungan detik, Velove pun tertidur pulas. Alam bawah sadarnya berpindah menuju pulau kapuk dengan beragam keanehan dan ketidakmungkinan yang berbanding terbalik dengan kenyataan.

***

Di pukul 02.00 dini hari, Alvin yang baru saja memasuki apartementnya meraih ponsel dan memeriksa panel notifikasi yang berderet. Dari sekian barisan pemberitahuan, ia memilih untuk membaca pesan chat yang dikirimkan oleh Velove terlebih dahulu.

-Malem Vin. Kamu juga ya, jangan kecapekan-

Pesan singkat tersebut membuat Alvin mengulas senyum lembut pada bibir mungilnya. Meski terkesan cuek dan dingin, baginya Velove tergolong sebagai wanita yang unik.

"Aku kira dia bakalan baca pesanku aja. Sekalinya, dibales. Pasti udah tidur sekarang," gumam Alvin dalam hati sembari menatap layar ponsel dengan penuh harap. Kemudian, ia kembali mengetikkan pesan balasan.

Lihat selengkapnya