My First and Last

fransisca Lukito
Chapter #25

Part 24

Tepat di pukul 18.35, Velove tiba di rumahnya yang berukuran medium namun luas. Usai membayar uang pada supir taksi online, ia melangkah turun dan memasuki rumah melewati pintu pagar.

"Pa, ma, Ve pulang!" Velove menutup pintu dan berujar dengan sedikit berteriak.

Hal itu pun terdengar oleh Amelia yang sedang sibuk memasak di dapur. Wanita berusia lima puluh tahunan itu melangkah berlalu dari dapur dan menyambut putrinya dengan senyum lembut.

"Tumben, pulangmu malam. Sibuk banget ya?"

"Engga, ma. Tadi, jalanannya macet dan merambat lalu lintasnya." Velove menjelaskan seraya melonggarkan kerah kemeja berwarna merah muda pastel yang masih melekat pada tubuh rampingnya.

Merasa tak tega melihat air muka lelah di wajah putrinya, Amelia dengan segera meraih handuk mandi yang tergantung di rak handuk yang berada di sisi kirinya. "Mandi dulu, baru makan malam," pintanya pada Velove.

Velove pun menerima handuk yang diberikan dan tersenyum tipis, "Sebentar ya, ma."

Amelia membalas senyuman dari putri kesayangannya itu. Beberapa detik kemudian, usai sang putri berlalu ke kamar mandi, ia kembali melangkah masuk ke dalam dapur dan melanjutkan kegiatannya untuk menghidangkan beberapa menu di atas piring saji.

***

Di pukul 19.30, Velove dan kedua orang tuanya melangsungkan kegiatan santap malam. Di sela kegiatan tersebut, mereka bertukar pikiran tentang masa depan Velove sebagai seorang wanita pada umumnya.

"Ve, papa boleh tanya sesuatu?" Andy menjeda kegiatan makannya dan meneguk air dari gelas perlahan.

"Tanya soal apa?" Velove memotong lauk tanpa menatap ke arah pria yang sangat berjasa dalam membesarkan dan mendidik dirinya itu.

Andy menatap putri semata wayangnya lekat-lekat dan bertanya, "Apa kamu sudah punya pacar?"

Velove, yang semula menatap sang papa, kini mengalihkan pandangan. Hal itu beriringan dengan dirinya yang sedang memikirkan alasan dari pertanyaan yang baru saja didengarnya.

"Ve?" Amelia turut melayangkan tatapan heran pada putri kesayangannya.

"Ehm, belum pa. Aku terlalu sibuk di kantor, jadi engga begitu mikirin masalah pacaran atau hubungan." Velove menjawab dengan alasan kasual yang tak cukup menguatkan atau bisa dibenarkan.

Mendengar jawaban yang sesuai dengan prediksinya, Andy menajamkan tatapannya dan kembali berujar, "Kalau begitu, kamu harus kurangi porsi dari kerjaanmu."

Velove mengalihkan pandangan, merasa bahwa apa yang diujarkan oleh papanya adalah hal yang langka. Karena yang diketahuinya yaitu papa dan mamanya tidak pernah terlalu mengambil pusing soal dirinya yang tak kunjung memiliki pacar.

Di saat yang sama, Amelia menyadari bahwa diamnya Velove menciptakan kesunyian yang cukup canggung. Ia pun turut berkata, "Ve, kamu lagi mikirin apa?"

Velove kembali tersadar dan menanggapi, "Engga ada, ma. Aku cuman heran aja sama papa, engga biasanya ngomongin soal pacaran."

Lalu, Andy menyudahi kegiatan makan malamnya dengan menutup sendok dan garpu di atas piring kosong. Ia pun berujar, "Tapi, ada baiknya, kalau kamu mulai buka diri untuk seseorang. Engga salah 'kan?"

Velove yang awalnya terlihat biasa saja semakin tidak percaya saat mendengar ujaran papanya barusan. Ia merasa bahwa pria yang merupakan kepala keluarga itu bertindak beda kali ini. Karena yang ia teliti adalah papanya tak akan ambil pusing meski dirinya hanya fokus dan sibuk dengan pekerjaan atau hobi.

"Engga salah, pa. Tapi, di kantorku yang menarik hampir engga ada. Jadi, rasanya engga mungkin," tandas Velove yang turut menyudahi kegiatan santap malam.

Ia bangkit dari kursi dan membawa piring beserta peralatan makan. Sebelum wanita itu berlalu, Andy kembali berkata, "Masa engga ada? Yang tempo lalu anterin kamu ke sini itu engga menarik?"

Velove kembali terdiam saat mengingat kejadian dimana dirinya mabuk, menginap di tempat Alvin, dan diantar oleh pemuda yang bekerja sebagai Disk Jockey di sebuah bar. Mendadak, ia kehabisan kata-kata dan kebingungan.

"Duh, papa pake acara inget lagi sama si Alvin yang pernah nganter ke sini. Mana tanya soal dia menaruk atau engga. Ya jelas, menarik, tapi masa aku tiba-tiba pacarin dia. Lucu banget kalau sampai terjadi," ucap Velove dalam hati dengan air muka kesal.

Lihat selengkapnya