Di hari berikutnya, Alvin yang masih terbaring di sofa merasakan seulas hangat sinar matahari yang mengintip dari balik korden di ruang tengah. Hal itu membuat dirinya sedikit menggeliat dan perlahan membuka matanya.
"Ughh.." Alvin mengerang pelan seraya memijat kepalanya yang sakit akibat terlalu banyak minum.
"Siapa yang antar aku kemari??" Alvin berusaha mengumpulkan kesadarannya sembari berkata-kata dalam hati. Fokusnya cukup terganggu akibat pengaruh alkohol yang masih melekat pada beberapa organ tubuhnya.
Dalam beberapa detik kemudian, kesadarannya pun kembali dan mendapati secangkir teh jahe di atas meja. Ia pun meraih dan meneguk teh itu perlahan. Rasa hangat dan manis membaluri lidah dan juga tenggorokannya yang sedikit kering.
"Hmmm.." Alvin berdeham usai meneguk teh dengan kedua mata yang membulat. Tatapannya tertuju pada secarik kertas yang terlipat dengan posisi vertikal.
"SLIP.." Ia pun meraih kertas tersebut dan membukanya dengan segera.
Dear Alvin,
Kalau udah sadar, jangan lupa diminum teh jahenya. Jangan minum 3 botol martini kalau engga kuat.
Best wishes,
Velove
Selesai membaca pesan singkat dengan tulisan tangan yang rapi itu, Alvin berkedip pelan berusaha mencerna setiap kata yang baru saja melalui kedua netranya.
"Bukannya, dia minta aku buat engga lagi ketemu ya kemarin? Kok, jadi dia yang antar aku ke apartement?" Alvin mulai bertanya-tanya dalam hatinya.
Lalu, ia menyisir rambutnya dengan jemari perlahan. "Sebenarnya, apa yang dia inginkan? Engga pengen ketemu, tapi antar aku ke sini. Pake acara dibuatin teh jahe segala. Beneran susah ditebak kamu, Ve." Alvin merutuk di dalam hatinya karena merasa kebingungan dengan sikap Velove yang berubah-ubah layaknya cuaca pancaroba.
Beberapa menit kemudian, ponselnya yang terletak di sisi kiri sofa bergetar, "DRRRTT.. DDRRRTT.."
Alvin pun meraih benda nirkabel tersebut dan mendapati nama Jevon sebagai pemanggil kali ini. Ia pun menggeser tombol hijau dan berujar, "Iya, Von? Kenapa?"
"Nanti kamu masuk 'kan?" Suara bass milik Jevon terdengar jelas dari balik speaker.
"Masuk. Aku perform nanti malam, tenang aja." Alvin menjawab pertanyaan itu dengan nada malas terselip.
Jevon yang sedang melakukan panggilan suara mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang janggal dari suara Alvin barusan. Ia pun memicingkan kedua mata dan bertanya, "Kamu habis minum ya?"
"Hehehehe. Aku agak kepikiran sama masalah pribadiku, Von. Jadi gini deh." Alvin tersenyum miring seraya mengacak rambutnya kasar dengan sebelah tangan.
"Pribadi? Tentang cewek yang kamu temuin itu?" Jevon berusaha menerka.
"Well, I'm not sure yet." Alvin mengkonfirmasi dengan aksen American Englishnya yang sempurna.