Entah sudah berapa lama Quinta menyayangi serta mencintai seorang lelaki bernama Dicky. Bagai induk anjing yang selalu menjaga anaknya, Quinta menjaga perasaan lelaki itu layaknya esok tiada lagi hari.
Walau sudah menjadi mantan, Quinta tetap menyukai dan mencintai Dicky sepenuh hati. Dan itu memang kesalahannya. Mencintai orang sepenuh hati.
Cinta dan bodoh memang beda tipis. Kadang kita menganggap itu adalah cinta, namun ternyata sebuah kebodohan. Dan terkadang kita menganggap itu adalah kebodohan kita, namun ternyata itu adalah cinta. Keliru. Manusia selalu keliru, seperti halnya Quinta.
Quinta adalah gadis biasa seperti kebanyakan gadis lainnya. Wajahnya standar cantik orang Indonesia, tidak lebih dan mungkin ada kurangnya. Tapi menurutnya, dia tidak cantik. Walau teman-temannya berkata bahwa dia gadis yang paling cantik di sekolah, dia selalu bilang bahwa aslinya dia tidak cantik seperti yang orang-orang bilang. Entahlah. Cantik itu, kan, relatif.
Dulu, Quinta sekolah di SD Negeri paling populer di Bekasi. Quinta lahir di Jakarta, namun keluarganya memutuskan untuk pindah ke Bekasi karena Jakarta sudah sangat padat dan polusi udaranya sangat sangat buruk. Di SD itulah Quinta belajar menjadi seorang gadis kecil yang selalu memerhatikan orang lain.
Quinta Kalasya. Lahir di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2000. Berjenis kelamin perempuan. Bertempat tinggal di Bekasi bagian Bintara. Apa ada lagi? Oh iya, benar. Seorang gadis yang memiliki keahlian spesial yang tak dimiliki orang lain, yaitu: membuat semua orang menyukainya.
Kehidupan Quinta sama seperti kehidupan siswa SMA yang lainnya. Bermain, belajar, menjadi panita di berbagai acara di sekolah, dan jatuh cinta.
Menurut Quinta, jatuh cinta adalah sebuah anugerah yang Tuhan beri padanya. Rasanya? Campur aduk! Quinta selama ini belum pernah berpacaran, namun ia pernah beberapa kali dekat dengan laki-laki yang tidak lain tidak bukan adalah teman satu sekolahnya. Tidak pernah sampai pacaran, cuma sampai kalimat “aku juga suka sama kamu”. Quinta tak pernah berani berpacaran karena kedua orang tuanya melarangnya pacaran sebelum lulus SMP. Kata papanya, Quinta tak boleh bermain-main dengan yang namanya pacaran kecuali jika ia lulus dengan nilai yang memuaskan.
Terjadilah. Quinta lulus dengan NEM yang tinggi walau tidak sesempurna juara-juara teratas di sekolah. Dan saat itulah dirinya memutuskan untuk mulai membuka diri. Mulai memperbolehkan laki-laki masuk ke dalam hatinya.
***
Waktu berjalan cukup panjang, sampai pada bulan ke-6 Quinta bersekolah di bangku SMA, dia berpacaran dengan Dicky. Ya, Dicky teman satu sekolahnya semasa SD hingga SMP. Dan sekarang saat mereka pisah sekolah, mereka malah pacaran. Entah mengapa itu bisa terjadi begitu cepat. Mereka berpacaran dengan perasaan yang begitu senang.
Malam itu memang malam mereka berdua. Jalan-jalan keliling kota Bekasi, membeli beberapa jajanan pinggir jalan, lalu akhirnya pulang dengan Dicky yang mengantarkan Quinta sampai ke depan pagar rumahnya pukul 9 malam.
“Ta, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” muka Dicky memerah di kegelapan malam.
“Apa?” Jantung Quinta berdegup kencang. Mati-matian dia berusaha menahan senyum.
“Quinta mau jadi pacar Dicky, nggak?”
“Hmm nggak.”
“Yah....”