My GirlFriend is Ketos

Nur Laili
Chapter #1

Bagian 4

Aira membuka pintu utama rumahnya saat suara bel berbunyi sangat nyaring. Gadis itu mematung di tempat saat melihat seorang cowok dengan wajah yang babak belur tengah berdiri di depan pintu.

"Minggir! Gue mau lewat!" cetus Restu sedikit mendorong bahu Aira untuk menyingkir dari ambang pintu agar dirinya bisa masuk ke dalam rumah. Restu dan Aira memang tinggal bersama, karena mereka adalah saudara tiri. Aira tidak peduli dengan wajah tampan kakak tirinya yang babak belur, dengan cepat ia langsung masuk ke dalam rumah menyusul Restu, tak lupa menutup pintu dan menguncinya.

Restu berjalan sembari menundukkan kepalanya saat melihat ke dua orang tuanya tengah duduk manis di ruang makan. Langkah kakinya sangat panjang dan juga cepat, agar ia bisa lolos dari ke dua orang tuanya. Sekarang ia tidak mau kena omel siapapun, jadi lebih baik ia menghindari Ibu dan juga ayah tirinya. Dina yang melihat putra tunggalnya bersikap aneh lantas mengernyitkan dahinya heran, biasanya sepulang sekolah Restu akan mampir ke ruang makan dan meminum jus buatannya. Tapi kali ini tidak.

"Restu!" panggil Dina yang berhasil membuat langkah kaki Restu terhenti. Dina berjalan mendekat ke arahnya lantas salah satu tangannya terulur, mengangkat dagu Restu agar ia bisa bertatap muka langsung dengan putranya. Dina menutup mulutnya yang terbuka lebar akibat terkejut dengan wajah tampan putranya yang babak belur seperti habis di pukuli.

"Kamu tawuran lagi?" tebak Dina yang 100% sangat benar. Sudah bukan hal yang awam lagi bagi Dina melihat wajah tampan putranya babak belur karena tawuran dan juga berkelahi. Restu menganggukkan kepalanya pelan, menjawab pertanyaan sang Bunda lewat anggukan kepala tersebut.

"Keterlaluan kamu!" amuk Dina dengan sangat emosi. "Sudah berapa kali Bunda bilang, jangan berantem! Jangan tawuran! Tapi kenapa kamu masih aja lakuin hal itu Restu? Kamu bikin Bunda kecewa!" ucap Dina dengan ke dua matanya yang sudah berkaca-kaca, sudah siap untuk menumpahkan air matanya yang terbendung di pelupuk mata.

Restu diam, tidak mau membantah apa yang di katakan Bundanya. Dirinya memang salah. Tubuh Dina di rengkuh oleh Andi-suaminya sekaligus ayah kandung dari Aira, pria setengah baya tersebut memeluk istrinya dengan sangat erat untuk menenangkan wanitanya yang tengah terisak.

"Restu, kamu jangan sering-sering berantem nak. Kalau kamu masih muda aja sering berantem, nanti pas sudah dewasa kamu mau jadi apa? Preman pasar?" sinis Andi ikut mengomeli Restu yang memiliki status anak tirinya.

"Maaf Bun, Maaf Yah. Lain kali Restu gak bakal tawuran lagi." cicit Restu sedikit merasa bersalah.

"Kamu juga bilang sama Bunda dua minggu yang lalu juga gitu. Gak bakal ngulang lagi, tapi nyatanya apa? Kamu selalu aja ngulangin kesalahan kamu. Bunda kecewa sama kamu Restu!" ucap Dina di sela-sela isak tangisnya.

"Maafin Restu Bunda." Restu mencoba untuk menyentuh tangan Dina, namun dengan cepat wanita itu menepis tangannya dengan kasar. Tidak mau di sentuh oleh putranya.

"Pergi kamu ke kamar! Malam ini Bunda gak bakal ijinin kamu buat keluar! Dan satu lagi, kamu gak dapat jatah makan malam!" cetus Dina dengan teganya. Restu hanya bisa diam lantas melangkahkan ke dua kakinya menuju ke lantai dua, di mana kamarnya berada. Dina memeluk erat tubuh sang suami, Andi hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan gerakan naik turun secara lembut agar Dina lebih tenang. Sedangkan Aira sedari tadi duduk manis di kursi ruang makan sembari menyemili gorengan buat sang Bunda. Salah satu tangannya terulur, mengambil centok untuk menaruh nasi di atas piringnya. Tak lupa ia juga mengambil lauk pauknya dan juga jus jeruk satu gelas. Setelah itu ia langsung membawa jatah makan malamnya pergi dari ruang makan.

"Mau ke mana kamu?" tanya Andi saat Aira berjalan melewati dirinya yang tengah menenangkan Dina yang masih terisak.

"Mau makan di kamar aja, sambil belajar." sahut Aira dengan santai sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke lantai dua. Kamarnya dan kamar Restu memang berada di lantai dua, dan bersebelahan.

Lihat selengkapnya