"Lo gak papa kan Var kemaren? Gue pikir lo bakal di penjara gegara keseringan tawuran!" cetus Reno merasa lega saat pagi ini ia melihat Varo datang ke sekolah dengan wajah bonyok namun masih saja bersikap seolah ia baik-baik saja.
"Gue masuk penjara? Gak akan pernah!" sahut Varo dengan sombong. "Secara, gue kan anak orang kaya. Sekolah ini aja punya bokap gue, dan pastinya kalo gue bakal masuk penjara, bokap gue langsung kasih uang jaminan ke polisi."
"Sombong banget dah lu!" sinis Reno.
"Sombong masalah kekayaan boleh, tapi gue mau lihat seberapa sombongnya lo saat dapetin hati Aira. Itu aja kalo lo bisa dapetin dia dalam satu minggu, lo bisa sombong. Kalo gak bisa? Ciah! Lo kalah sama gue!" ucap Difa mengungkit kembali taruhan mereka mengenai Varo yang bisa membuat Aira jatuh hati atau tidak. Motor sport Ducati dengan harga yang sangat fantastik dan Iphone 6 sebagai taruhan mereka.
"Asal lo tau aja ya, gak ada seorang pun cewek yang bisa nolak pesona seorang Varo. Termasuk Aira." balas Varo dengan sombong.
"Jangan samain Aira sama cewek laen, jelas beda lah. Kalo cewek laen mah biasa galaknya, tapi kalo dia? Mbee... Galaknya minta ampun! Udah kek mak lampir dah!" celetuk Reno dengan santai.
"Iya sih, Aira emang beda sama yang laen. Makanya gue mau dapetin dia, sekaligus dapetin motor baru." ujar Varo melirik sekilas ke arah Difa , melempar tatapan sinis ke arah sahabatnya yang satu ini.
Varo merapikan seragam yang ia kenakan saat ia melihat Aira memasuki gedung sekolah, gadis itu nampak sangat cantik dengan rambut panjangnya yang di gerai dengan hiasan jepitan rambut pita berwarna pink yang berada di sisi kepalanya sebelah kanan. Hanya saja ada yang kurang dari penampilan Aira, yakni senyuman. Senyuman gadis itu benar-benar sangat mahal hingga tak semua orang bisa melihatnya. Varo melirik ke arah seragam yang ia kenakan, seragam yang tidak di masukkan, dasi yang di ikat secara asal dan tidak memakai kaus kaki. Di tambah lagi dengan tatanan rambutnya yang berantakan dan juga panjang, menambah kesan bad dalam dirinya. Dengan gaya cool yang ia miliki, Varo berjalan mendekat ke arah Aira lantas berdiri di hadapan gadis itu. Reno dan Difa menyusul Varo dan berdiri di samping kanan dan kiri Varo, mereka berdua ingin melihat sejauh mana perjuangan Varo mendapatkan hati seorang Aira si ketua osis yang terkenal sangat galak dan juga serius.
"Pagi Aira syantik!" sapa Varo dengan santai dan juga ceria. Cowok itu tersenyum lebar ke arah Aira, menunjukkan sederetan giginya yang putih bersih dan tersusun rapi.
"Pagi!" balas Aira dengan santai namun tanpa adanya senyuman.