My Happy Ending

Nisa Fitria Zahra
Chapter #2

2: Memulai Hari Baru

Baru kali ini Aluna berangkat sekolah dengan nyaman. Ralat. Sedikit nyaman. Ini pertama kali bagi Aluna mempunyai teman di masa putih abu-abu. Kata orang, di masa ini adalah masa yang paling indah. Tapi sejauh ini Aluna tidak merasakannya sama sekali. Malah, menurutnya ini lebih parah daripada masa SMP-nya.

"Ponakan bude satu ini ada apa nih hari ini? Kok auranya beda yaaa, hmmm bude mencium bau-bau sesuatu yang sangat baik ini. Ada apa, nduk?" tanya bude Siti saat sarapan bersama. Iya, Aluna kini tinggal berdua bersama budenya.

"Nggak ada apa-apa, bude. Emang Aluna biasanya gimana?," jawab Aluna malu-malu.

Bude Siti terdiam sebentar, lantas tersenyum sembari mengucapkan kata-kata yang menyadarkan Aluna bahwa selama ini ia terlalu keras kepada dirinya sendiri. "Aluna, bahagia terus ya. Bude kangen lihat senyum kamu. Bude sangat paham bahwa kamu menjalani hari mungkin dengan tidak baik. Tapi, Al, coba deh pikir-pikir lagi, orang tua kamu juga nggak bakal seneng lihat anak gadis mereka satu-satunya yang sangat cantik ini terus-terusan muram. Dunia masih indah dan tempe penyet buatan bude masih enak. Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan. Oke?"

Aluna tertawa mendengar kalimat terakhir budenya, tapi memang benar kalau tempe penyet buatan Bude Siti itu enak banget, kalau kata Aluna, mungkin di kehidupan selanjutnya ia tetap akan menjadi ponakan Bude Siti supaya bisa puas makan tempe enyet buatan wanita setengah abad itu.

Tok tok tok

"Assalamualaikum!!!" teriak sebuah suara di luar sana yang menginterupsi kegiatan sarapan keduanya.

"Sebentar, bude, Aluna izin buka pintu ya," izin Aluna kepada budenya. Bude hanya mengangguk sambil tersenyum karena sedang mengunyah makanannya.

Ketika Aluna membuka pintu, muncul sosok yang mulai semalam Aluna pikirkan karena ia teringat akan tingkah baiknya.

"B-bimo ngapain lo di sini?" tanya Aluna setengah bingung.

"Gue mau ngajak lo ke sekolah bareng," ucap Bimo santai, berbeda dengan Aluna yang berusaha menahan degup jantungnya.

"Nggak perlu, gue bisa berangkat sendiri kok," ucap Aluna yang terkesan kaku.

"Lo lupa? Kita kan sekarang temenan," Bimo mengingatkan.

Deg. Teman, ya?

Aluna sudah lama tidak mendengar kata teman. Bahkan tidak percaya bahwa ada yang namanya pertemanan.

"Loh, ini ada tamu kenapa nggak diajak masuk, sayang," ucap Bude Siti yang tiba-tiba ada di belakang Aluna. Aluna yang baru saja melamun terperanjat kaget.

"Sini-sini masuk, duduk dulu," ucap bude ramah kepada Bimo.

"Iya, terimakasih, Tante," ucap Bimo sopan.

Lihat selengkapnya