My Husband's Secret

Dwi Lestari
Chapter #2

Satu

"Ketika kamu memiliki luka yang begitu dalam, semakin kamu berusaha untuk mengobatinya, semakin luka itu akan menganga."

-----

Siang itu kota bandung di sirami oleh gerimis tipis. Setelah melipat dan menitipkn payungnya pada petugas keamanan Rumah Sakit, Anin menuju meja informasi dan mendaftarkan diri.

"Selamat siang ibu.. ada yang bisa di bantu?" Sapa seorang perawat yang menuggu meja informasi.

"Siang sus, saya mau konsultasi dengan Dokter Kiara."

"Sudah buat janji ibu?"

"Sudah."

"Baik, kalau gitu silahkan isi ini dulu ya bu."

Setelah melakukan serangkaian proses administrasi, anin di antar menuju sebuah ruangan. Ia mengetuk pintu dan masuk setelah di persilahkan oleh seorang dokter yang bertugas pada saat itu.

"Selamat siang dokter." Sapa Anin kepada wanita yang sedang duduk di balik mejanya.

Wanita berjas putih itu langsung bangkit dari duduknya dan menyambut Anin dengan sebuah pelukan. Wanita itu adalah kiara, seorang ahli kejiwaan di salah satu Rumah Sakit ternama di Kota Bandung.

"Kamu kalau gak berniat berobat itu gak usah ketemuan diruangan saya." Ucap kiara sarkas sembari mempersilhkan Anin untuk duduk.

Anin mencebikkan bibirnya. "Tau darimana kalau aku kesini bukan untuk berobat?".

Kiara membenarkan posisi duduknya. "Jadi, kamu udah siap pemeriksaan lanjutan hari ini?" Tanya Kiara bersemangat.

Anin tidak menjawab, gadis itu hanya cengengesan memamerkan deretan gigi putihnya.

Sudah bukan hal baru bagi Kiara jika melihat anin datang secara resmi mendaftar melalui Resepsionis, namun yang di lakukannya ketika diruangan Kiara hanyalah membahas hal-hal yang sebenarya remeh-temeh dan tidak penting.

Kiara sudah mengerahkan segara cara untuk membuat gadis yang mengaku mendatangi Pskiater untuk mengetahui permasalahan kejiwaannya, namun ketika jadwal konsultasi ia hanya diam seribu bahasa. Atau tak jarang juga Kiara dan pasien istimewanya itu hanya terdiam dan saling tatap selama waktu konseling berjalan.

"Pas banget kamu datang mepet jam makan siang, Sengaja ya?" Sindir Kiara pada Anin yang sibuk mencoret-coret buku sketsanya.

"Kok tau sih? Kamu dukun yaa??" Jawab Anin dengan menuding-nudingkan pensilnya ke arah Kiara dan dan hanya di balas dengan lirikan maut Kiara.

"Aku tuh tadi habis ketemu mitra mbak, baru selesai jam sepuluh ya aku langsung kesini aja. Lagian kan hari ini emang jadwal aku terapi." Kali ini Anin menjelaskan perihal yang sebenarnya.

"TerapiĀ gundulmu!!" Sergah Kiara dengan cepat.

Anin hanya tertawa ringan mendengar omelan Kiara. Jika di lihat dari luar, Anin akan terliat seperti gadis yang ceria. Siapa yang menyangka jika gadis periang dan sedikit ceroboh itu memiliki masalah yang dia sendiri tidak tahu cara mengatasinya. Ia pikir dengan mendatangi pskiater akan sedikit demi sedikit menyembuhkan seluruh kesakitannya yang bermula entah dari kapan, nyatanya yang terjadi ia malah tidak bisa jujur barang sedikitpun setiap kali berhadapan dengan dokter yang menanganinya.

Lihat selengkapnya