"Ketika kamu memutuskan untuk melupakan suatu hal, namun hati mu masih enggan merelakan, maka selamanya ingatan itu akan bercokol di dalam benakmu"
-----
Anin merutuk dalam hati. Menyumpahi Kiara yang menyebabkan ia harus berada satu mobil dengan laki-laki yang sedari tadi cukup membuat dirinya tidak nyaman. Entah apa yang di pikirkan oleh kiara, sehingga wanita itu bisa memiliki ide meminta Daniel untuk mengantarkan Anin pulang. Padahal Anin sudah berusaha keras menolak, tetapi laki-laki yang sedari awal tidak banyak mengeluarkan suara itu berkata, "Kalau kamu tidak nyaman, angga saja saya Driver taksi online.". yang mau tidak mau Anin menerima tawaran untuk di antar pulang karna merasa segan jika terus-terusan menolak.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, tidak ada saupun yang berinisitif untuk memulai percakapan duluan. Sampai tiba-tiba Daniel menginjak rem secara mendadak karna sesuatu yang melintas secara sembrono.
"Kamu gak papa?". Tanya Daniel yang melihat Anin tersorok ke depan dan kepalanya hampir saja membentur dashboard.
"Apa itu tadi dok?". Anin membalas pertanyaan laki-laki itu dengan sebuah pertanyaan.
"Kucing.". Jawab Daniel singkat, lalu kembali menjalankan mobilnya.
"Gak mau di lihat dulu dok? Siapa tahu ada apa-apa sama kucingnya.".
"Gak perlu. Tadi saya lihat kucingnya sudah ada di seberang jalan.". Jawab Daniel masih dengan ekspresi datar.
Keduanya kembali diam. Suasanya kembali menjadi canggung.
Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka sampai didepan rumah bercat putih yang tampak minimalis dengan halaman yang di penuhi tanaman bunga.
"Maaf ya dok saya gak bisa nawarin untuk mampir.". Ujar Anin sambil tersenyum canggung.
Daniel hanya menanggapi dengan senyuman dan anggukan kecil.
"soalnya saya Cuma tinggal berdua sama teman saya, gak enak kalau mau bawa tamu laki-laki yang bukan keluarga.". Entah kenapa Anin ingin menjelaskan situasinya kepada lelaki itu walaupu tidakdi minta.