My Ice Girl

Bentang Pustaka
Chapter #3

Part 3. PDKT

“Ada yang menarik dari sekadar ingin dekat denganmu.”

Satya, gue mohon!

Satya sudah bersiap menyambut Gino yang semakin mendekat. Dia berusaha membaca gerakan kaki Gino ketika cowok itu mengambil ancang-ancang untuk melepaskan tendangannya.

Tidak terbaca. Satya sama sekali tidak tahu akan ke mana arah bola yang ditendang Gino. Dia memutuskan untuk melayang ke sebelah kanan, bersamaan dengan tendangan yang dilepaskan Gino. Satya berhasil menghalau bola itu, tetapi bukan dengan tangannya. Tanpa dia duga, bola itu menghantam keras pelipisnya hingga terpantul kembali ke tengah lapangan. Beruntung, Malik dengan sigap menguasai bola.

“Sat, lo—” Malik khawatir dengan kondisi Satya.

“Gue baik-baik aja,” kata Satya sambil memegangi pelipisnya. Dia kini jatuh terduduk sambil menahan sakit. Satya melihat ada sedikit darah di tangannya yang baru saja menyentuh pelipisnya. Shit, segininya amat perjuangan gue!

Kata-kata Satya sedikit menenangkan Malik. Dia segera bergerak menjauh sebelum Gino berhasil menyusulnya. Kini gilirannya berhadapan satu lawan satu dengan kiper utama dari tim yang dibangga-banggakan Gino.

Ini kesempatan emas yang tidak boleh dia sia-siakan. Malik tidak boleh kehilangan kesempatan untuk bisa dekat dengan Dara. Dengan gerakan mengecoh, Malik melepaskan tendangan ke arah gawang. Yoga langsung menyambut dengan melayang mengikuti arah bola, tetapi tidak terjangkau. Bola memantul di tiang gawang, lalu kembali menghampiri Malik yang sudah siap dengan tendangan langsung.

Datangnya bola sangat pas dengan posisi Malik saat ini. Ditambah Yoga yang belum siap dalam posisinya, dan Gino yang terlambat membaca situasi, membuat Malik dengan bebas melepaskan tendangannya ke arah gawang dengan mulus.

Gol! Malik berhasil mencetak gol lebih dahulu. Sorakan penonton pecah. Mereka bertepuk tangan sambil menyerukan nama Malik keras-keras.

Malik tersenyum puas. Dia kemudian menoleh ke arah Gino di belakangnya. Cowok itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia kalah dari Malik.

Malik berjalan mendekati Gino, kemudian menepuk bahu cowok itu. “Gue harap, lo nggak lupa sama kesepakatan kita,” bisiknya tepat di telinga Gino, baru kemudian berlalu pergi menghampiri Satya.

Gino berusaha menahan kesal setengah mati. Baru kali ini dia dipermalukan di hadapan banyak orang. Malik harus menerima pembalasan darinya suatu hari nanti.

Malik berlari menghampiri Satya yang masih terduduk di dekat gawang. Ethan dan yang lainnya sudah mengerumuni cowok itu.

“Sat, lo nggak apa-apa, kan?” tanya Ethan panik ketika melihat pelipis cowok itu sedikit sobek.

“Pala lo nggak apa-apa! Sakit, tahu!” kesal Satya.

Ethan terbahak mendengar reaksi Satya, begitu pula Arul.

“Temen lagi sakit, malah diketawain!” kata Satya tidak terima.

Ethan menepuk bahu Satya. “Tenang, perjuangan lo nggak sia-sia. Si Diana nonton juga.”

“Sial!” umpat Satya. “Malu banget gue. Aksi gue tadi nggak ada keren-kerennya sama sekali!”

“Selamat ya, Sat.”

Satya mendongak, menatap Iko yang baru saja mengucapkan selamat kepadanya.

“Cuma seminggu!” tegas Iko. “Setelah itu, gue akan mengejar ketertinggalan gue.”

Satya tersenyum mendengar kalimat itu. Tidak salah memang dia memilih teman. Dia tahu pasti teman-temannya selalu memegang janji dan bisa diandalkan, termasuk Iko.

Lihat selengkapnya