Bi Emi membuat menu ayam teriyaki dengan aneka sayuran rebus seperti wortel, brokoli dan sawi putih untuk makan siang kami. Rasanya tak kalah enak dengan restoran Jepang yang sering kukunjungi di Paris Van Java. Hidangan lezat itu ditutup oleh semangkuk puding mangga yang enaknya minta ampun. Aku bisa minta tambah seandainya alam bawah sadarku tidak mengingatkanku soal berat badan yang kuinginkan demi bisa terlihat menawan dalam gaun prom night impianku.
Setelah makan siang, kami semua berkumpul di ruang keluarga. Aku, Emil dan Ben duduk bersebelahan di sofa panjang yang empuk dan lembut sedangkan Mia dan si kembar duduk di karpet di bawah sofa. Tangan Nava sudah menguasai remote televisi dan mulai mencari-cari film di Netflix sementara Nova asyik ngemil popcorn yang baru saja dibuatkan Bi Emi. Aku heran kenapa dia masih juga sanggup ngemil padahal baru saja perutnya terisi.
“Nah, nonton ini aja ya, guys. Romantis,” seru Nava.
“Iya, iya, itu aja!” timpal Nova, lalu meraup popcorn lagi. “Banyak teman di kelas aku pada heboh ngomongin film ini.”
“Yang lainlah. Aku kurang suka film romantis,” pinta Mia.
“Nggak ah, ini aja.” Nava bersikeras. “Yang lain juga maunya ini. Iya, kan?” Nava menoleh ke belakang. Tapi aku dan Ben tidak terlalu peduli. Lagipula, aku sudah nonton To All the Boys I’ve Loved Before di Netflix-ku meski sudah lama berselang. Emil juga tidak berkomentar. Dia malah asyik memainkan rambut panjangku: memilin, menggelung, mengepang dan entah apa lagi istilahnya. Namun keputusan Nava tidak bisa dibantah lagi.
“Perasaan yang jadi Lara Jean nggak ada mirip-miripnya sama orang Korea.” Nava berkomentar sambil mengunyah popcorn. “Apalagi yang jadi kakaknya. Kenapa nggak cast K-pop idol aja, sih? Kan ada beberapa K-pop Idol yang berdarah campuran.”
“Iya juga, ya.” Nova menimpali. “Jeon Somi cocok tuh jadi Lara Jean.”
“Atau Nancy Momoland!” Nova menunjuk Nava.
“Bener, bener! Terus yang jadi kakaknya Lee Sung-kyung.”
“Emang dia blasteran?” tanya Nava.
“Nggak. Tapi menurut aku cocok jadi—”
Mia meraih remote yang tergeletak bebas di hadapannya. “Kalau ngobrol terus, aku ganti, nih,” ancamnya serius. Nova dan Nava serentak terdiam, pelan-pelan mengunyah popcorn mereka. Seketika dunia pun terasa hening. Hanya suara dari terdengar yang kini terdengar. Dan gemeletuk suara popcorn di balik mulut si kembar.
Kedua mataku terpaku pada layar televisi besar di hadapanku. Sentuhan lembut tangan Emil di rambutku membuatku sedikit mengantuk. Di layar itu, Peter Kavinsky menghampiri Lara Jean, dengan sebuah surat di tangannya. Surat yang sangat tak asing lagi bagi Lara Jean. Melihat itu, Lara Jean langsung jatuh pingsan. Ketika tersadar, Lara Jean melihat Josh dari kejauhan, dengan sebuah surat yang juga ia kenali. Di tengah kepanikan, Lara Jean tiba-tiba mencium Peter. Lalu Lara Jean kabur ke toilet, meninggalkan Peter dan Josh dalam kebingungan.