Hujan,
Sebuah anugerah yang datang secara tiba-tiba tanpa direncarakan sama sekali
Menyapa hangat setiap jengkal yang ia lewati hingga kadang meninggalkan jejak yang sangat membekas
Suara gemerciknya terdengar nyaring terkadang terdengar seperti alunan alat musik yang lembut
Setiap tetesnya terkadang membawa suka cita tersendiri
Dingin, sangat dingin hingga terasa ngilu kala menusuk tulang tapi tetap terasa menyenangkan
Aku suka hujan
*****"
"Ah, menyebalkan"
Hujan deras mengguyur daerah perumahanku membasahi semua yang dilaluinya, hal itu cukup membuatku tak bisa keluar rumah. Aku menghela nafas kasar, beranjak dari meja belajar meninggalkan laptop yang masih menyala.
Aku meraih handphoneku, membuka dm menunggu balasan dari temanku yang berada sangat jauh dibumi bagian Eropa. Kami bertemu didunia maya karena beberapa hal. Bukan hanya dia saja temanku, masih banyak lagi, tapi tidak awet, hanya bertahan sekitar dua bulan saja dan itu pun yang paling lama. Tak jarang pula aku menemukan teman yang tak suka padaku karena aku yang terlalu cerewet. Jadi mau bagaimana lagi? aku hanya ingin akrab dengan mereka.
Namun, hanya dia yang mau menerima semua pesan teks yang aku kirim. Dia sabar menghadapiku yang cerewet, sok akrab, dan masih banyak lagi. He is my internet best friend.
Hari ini, Jakarta, 31 Desember
Sebentar malam banyak kembang api yang akan menghiasi malam selain bintang, bulan, dan benda langit lainnya. Cantik seperti pelangi yang memiliki banyak warna, terlihat indah, menawan, dan memiliki daya pikat yang kuat, tapi kali ini pelanginya dimalam hari dan bentuknya pun sangat jauh berbeda dari pelangi disiang hari.
Aku mungkin akan melihat nanti, tak lama, hanya untuk dipotret dan dikirimkan kepada sahabatku. Aku pun akan mengirim teks panjang padanya, bahkan sangat panjang hingga dia tak mampu untuk membaca semuanya.
Ah! Hentikan dulu pemikiran itu. Aku harus fokus dengan olimpiade bahasa Mandarin yang akan dilangsungkan di Australia. Kenapa dia Australia? Karena ada beberapa kendala yang tidak memungkinkan olimpiade akan dilakukan di China. Setahuku begitu.
Dan tak lupa dengan cerita yang berstatus dalam masa pengerjaan. Hari ini aku tak bisa keluar mencari referensi yang menarik untuk dimasukkan ke dalam karyaku. Musim hujan seperti ini hanya menghambat karyaku berjalan, walau sebenarnya aku masih bisa mencari referensi lewat dunia maya, tapi itu tak cukup untuk dideskripsikan hanya dengan melihat gambar atau video. Aku ini tipe penulis yang harus merasakan langsung tempat referensi agar penggambarannya menjadi lebih nyata. Karena itu aku jarang masuk kelas dan tertinggal beberapa mata pelajaran. Tapi tak apa, banyak yang bersedia meminjamkan buku catatan tanpa harus aku minta dulu.
Oh iya, mengenai olimpiade di Australia, sebenarnya aku tak mau ikut, tetapi banyak yang memaksaku hanya karena aku memiliki darah orang China dari ibuku.
Dari dulu aku menolak tentang olimpiade ini. Aku memang pernah belajar dan memahami bahasa Mandarin, tapi itu hanya saat aku kecil, dan sekarang aku tak pernah mau memperdalam bahasa itu. Cukup untukku dan cukup untuk berkomunikasi dengan keluargaku yang ada di China. Tapi ada satu hal yang membuatku menyetujui olimpiade itu. Jika aku menang, aku bisa mendapat sejumlah uang yang cukup besar kalau di rupiahkan. Dan kalau aku menang, aku bisa membiayai hidupku selama setahun lebih dan menghemat uang dari hasil karyaku.
Aku tinggal sendiri dirumah, ibuku sudah lama pergi ke tempat yang lebih baik, tempat dimana tak ada lagi rasa sakit. Saat aku berumur delapan tahun, ibu mengidap kanker otak stadium 4. Yang aku tahu, saat itu ibu hanya sakit dan bisa sembuh, tapi tidak, ibu meninggal saat buku karya terakhirnya diterbitkan.
Sedikit cerita, ibu dulu adalah seorang penulis yang terkenal. Setiap terbitan bukunya mampu membuat orang terinspirasi, termotivasi, terlarut dalam setiap kata yang kadang menyedihkan dan kadang menyenangkan. Ibu penulis yang hebat, setiap kali menerbitkan buku atau mencetak ulang buku, pasti akan habis terjual. Uang ibu bertambah banyak setiap hari, tapi saat ibu meninggal, uang peninggalan ibu digunakan tanteku untuk berfoya-foya, sedang aku mendapat tidak sampai setengah dari penghasilan ibu.