Televisi Nasional.
Sekilas info, Hammas melakukan serangan pertama ke Israel, terjadi kepanikan dan siaga perang di jalur Gaza.
“Bro, gila konflik mulai lagi nih di jalur Gaza, sini lihat itu udah masuk TV Nasional.”
“Wah serius lo Gaza perang?”
“Tuh berita nya viral di TV.”
“Luar biasa.”
“Bahkan Si Wahyu sudah dapat beberapa vidio nya dari internet tadi kirim ke gue.”
Ehm, gawat bisa-bisa dari TV kami juga kirim perwakilan nih untuk berangkat ke Gaza satu tim untuk buat liputan langsung. Semoga saja bukan aku yang di pilih sama pak Imam karena aku gak tega kalau harus tinggalin istri yang lagi hamil tua. Masih banyak rekan lain yang handal, dan mungkin lebih siap di pilih untuk jalan ke jalur Gaza, berdoa saja.
Minggu kemarin pun ada satu tim yang sudah di kirim ke Afrika. Resiko kami meliput ke daerah-daerah konflik. Dan pasti pak Imam sebagai leader ingin memperoleh liputan yang up to date. Jangan sampai ketinggalan dari TV lain.
Aku merapikan kamera dan file laporan liputan harga sembako di pasar Kramat Jati pagi ini. Siap tayang malam ini, tinggal di edit oleh Sobri. Dan jika semua itu sudah selesai, aku akan pulang dahulu malam ini. Aku kangen Aira, dia adalah istriku, yang lagi suka manja, rudet dan harus di perhatikan khusus.
***
“Ke mana lo sudah rapi saja?”
“Balik bro, capek gue mana kangen Aira dan debay.”
“Coba lo baca dulu group WA Bro sebelum balik.”
“Oh, ada apa Farid?”
“Metting Bro, sama pak Imam, bahas tim yang mau jalan ke Gaza besok.”
“Astaga kenapa dadakan?”
“Biasa si bos mah, darurat mungkin Bro...”
Aku membuka jaket kulit yang sudah aku kenakan, begitu pun helm yang sudah aku bawa, aku segera balikkin helm ke atas meja kerja. Duh Aira, gagal lagi Mas mau pulang cepat ini dek.
Aira, mas pulang nya agak malam ya sayang, maaf lagi mau ada metting dulu sama bos.
Begitu pesan yang aku ketik untuk Aira di rumah. Aku bergegas memesan makanan di warteg langganan dulu, perut sudah keroncongan lapar sejak sore tadi, hanya sengaja aku tahan, karena terbayang makan malam bersama Aira dan calon anakku. Tapi apa boleh buat, demi pekerjaan dan demi misi sosial kami besok, dan demi ratting TV dimana tempat aku kerja.
***
“Sudah kumpul semua? Bahrun, Wahyu, Sobri, Farid, Rifky, Kristanto, Ainun, Sabrina?”
“Sudah pak.”
Mas Rifky menjawab pertanyaan pak Imam.