My Life is Complicated

Nellyerwe
Chapter #5

Chapter 5 : Menghilang

Senin telah tiba, aku sudah selesai memakai seragam sekolahku. Sambil kembali mengecek buku dan alat tulis agar tidak ada yang tertinggal, kudengar panggilan Nenek dari luar.

Segera kupercepat pergerakkanku, setelah memastikan semuanya selesai. Aku melangkah keluar dari kamarku menuju dapur.

“Pagi, Nek!”

“Pagi, Sayang. Ini, Nenek sudah menyiapkan bekal Liana ... apa Liana sudah membawa vitamin yang kemarin?”

Liana mengangguk mantap, Nenek tersenyum kecil. “Bagus, sekarang Liana sarapanlah, di meja sudah ada roti isi, Nenek membuatkannya untuk Liana—“

“Baik, Nekk!” potong Liana, langsung berlari menuju meja kecil di tengah ruang tamu.

“Tidak perlu menyisakannya untuk Nenek!” kudengar suara Nenek lagi dari dapur. “Makanlah yang kenyang!”

Aku spontan tertawa kecil. “Iyaa, Nenekk!”

Tak memerlukan waktu yang lama, kini aku sudah siap berangkat ke sekolah. “Aku berangkat dulu ya, Nek!” ucapku sembari memakai sepatu.

“Hati-hati saat menyeberang, Liana.”

“Baik, Nek!”

Di depan gerbang sekolah, cuaca hari ini sangat segar, matahari sudah keluar dari tempat persembunyiannya, namun masih belum begitu menyengat.

“Pagi, Pak!” sapaku pada penjaga gerbang.

“Pagi, Ana!”

Sebelum aku ke kelasku, aku berkunjung ke kelas Leon terlebih dahulu. Sambil mengintip, aku tidak menemukan sosok yang kucari-cari.

“Hm ..., aneh ... biasanya Leon selalu datang lebih pagi dariku, kenapa hari ini aku tidak melihatnya, ya?”

Akhirnya Liana kembali ke kelasnya terlebih dahulu untuk meletakkan tas, sesekali Liana berbolak balik dari kelasnya ke kelas sebelah untuk mengecek Leon.

“Ini sudah mau hampir bel masuk, kemana anak itu?” pikir Liana pasrah sambil berjalan kembali ke kelasnya.

“Um ..., kamu Liana temannya Leon, bukan?”

Liana membalikkan badannya, menemui si pemilik suara. Terlihat tiga orang anak perempuan yang segan menatapnya. “Um ..., iya, apa kalian tau di mana Leon?”

“Sudah kuduga!”

“Ayo kabur saja!!”

Mereka bertiga pun berlari meninggalkan Liana yang masih terheran-heran disana. “Ada apa sih mereka?”

Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa tampak bergegas menuju lapangan untuk melakukan upacara bendera. Liana masih melihat ke sekeliling untuk mencari Leon, namun hasilnya tetap nihil.

“Huff ..., ya sudahlah. Mungkin hari ini giliran dia yang sakit, jadi dia tidak masuk sekolah, semoga cepat sembuh, Leon!”

Jam istirahat telah berbunyi, Liana terpaksa makan sendirian di kantin. “Huff ..., ternyata kalau tidak ada Leon ... sepi juga ya, apa hari Sabtu kemarin Leon juga seperti ini?”

Liana langsung menggelengkan kepalanya. “Apa yang kupikirkan, Leon pasti sudah memiliki teman juga, mana mungkin dia kesepian, apalagi dia itu anak laki-laki! Hehe ....”

Sesekali siswa yang melewati Liana menatapinya dengan tatapan takut, mata yang sinis, dan ekspresi wajah seperti baru melihat sesuatu yang menjijikkan.

“Um ..., ada apa sih dengan mereka? Mungkin perasaanku sajakan?” Liana pun melihat di sekitarnya, lalu di lantai bawah meja makannya. Berusaha mengecek apa mungkin ada kotoran hewan atau sampah berserakan lainnya, namun semuanya terlihat normal. “Lalu apa ekspresi barusan ditujukan padaku?” pikir Liana cemas.

Setelah selesai makan, Liana bergegas kembali ke kelasnya. Sesampainya di depan kelas Leon, Liana melihat tiga orang anak perempuan tadi pagi. “Umm ..., anu ... hei,” panggil Liana membuat mereka bertiga yang sedari tadi asyik bercerita menatapnya horror.

“Kau mau apa?!”

“Um ..., sebenarnya apa maksud kalian tadi pagi?”

“Kami tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin memastikan kalau kau adalah temannya si berandal itu.”

Lihat selengkapnya