My Life Partner

tami ilmi
Chapter #1

Chapter #1

“Kamu yakin akan menikah?!” Seorang perempuan memekik di depan wajah Nayshila Arinda. Perempuan yang terlihat cantik dengan kerudung berwarna pink serta pakaian casual yang dia kenakan. Tidak akan ada yang menyangka jika usianya hampir 40 tahun, 2 tahun mendatang. Perempuan itu mengangguk perlahan dan tersenyum canggung menatap sahabatnya yang berteriak karena terkejut mendengar apa yang dia katakan.

“Tapi aku minta tolong.” Nayshila terlihat cukup serius dengan kalimat yang dia ucapkan berikutnya. Vivi terlihat memperhatikan bahkan menunda menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya saat itu.

“Aku mau membuat perjanjian pra nikah, bisakah suamimu membantu aku?” Vivi terlihat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya setelah Nay menyelesaikan kalimatnya. Dia tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Pasangan lain juga pasti banyak yang melakukan hal serupa tentang perjanjian pisah harta dan semacamnya.

“Isinya akan berkisar tentang hubungan kita dan juga harta materil.” Nayshila menjelaskan lagi. Dan Vivi masih menanggapinya dengan mengangguk biasa.

“Jadi bisakah meeting dengan suamimu dan juga calon pasanganku nanti beserta pengacaranya juga.” Nayshila bertanya lagi sambil tersenyum.

“Nanti aku tanya suamiku dulu.” Vivi menjawab dengan santai sambil masih menyuapkan nasi goreng yang belum habis.

“Point pentingnya bukan pisah harta, tapi tidak boleh ada yang memutuskan pernikahan, terus pihak suami bertanggung jawab penuh dengan kebutuhan pihak istri. Semua aset atas nama istri, dan juga suami boleh berhubungan dengan perempuan lain ketika hendak memiliki keturunan.” Vivi hampir tersedak dengan pernyataan terakhir yang di sebutkan oleh Nayshila. Perempuan itu menatap tajam sahabatnya.

“Sebentar, aku masih belum mengerti. Aset semua atas nama kamu. Tapi dia boleh berhubungan dengan wanita lain?” Vivi mengulang pernyataan terakhir dari Nayshila. Dan sahabatnya itu mengangguk perlahan sambil tersenyum.

“Kalimatnya nanti dibicarakan kedua belah pihak intinya si aku juga sudah bicara dengan pihak sana. Hanya saja poinnya harus jelas bukan?” Nayshila membuat Vivi terdiam dan melihat sahabatnya itu dengan lebih jelas.

“Kamu yakin? Jadi maksud pernikahan ini apa? Mau jujur?” Vivi pada akhirnya sedikit kesal karena permintaan dari Nayshila terdengar tidak masuk akal.

“Buatlah suamimu punya jadwal temu dulu, supaya nanti kita bisa diskusi bersama. Aku juga ingin kamu ikut.” Nayshila terlihat cukup tenang meski sahabatnya cukup khawatir.

“Nay, kamu sudah pernah menikah tanpa cinta. Yakin?” Vivi bertanya kembali karena dia khawatir. Nayshila mengangguk perlahan, tersenyum dan minum kopinya pelan sambil masih melihat ke arah Vivi.

Lihat selengkapnya