“Are you kidding me?” Vivi berbisik ketika mereka bertemu dengan orang yang akan menjadi suami sahabatnya itu. Suami Vivi terlihat santai dan tersenyum masih melihat menu dan memperhatikan sekeliling. Dia juga masih bicara sedikit dengan pengacara dari pihak calon suami Nay.
Nay memperhatikan calon suaminya yang sedang berbicara dengan suami dari sahabatnya. Benar, mungkin saja Nay beruntung karena bertemu dengan laki-laki yang dia lihat itu. Mungkin saja semua kemalangannya gugur dan kini akan berganti dengan kebahagiaan. Setidaknya bukan tentang pernikahan, mungkin tentang pekerjaan. Dan mungkin saja laki-laki itu bisa membuat impian Nay menjadi hal yang nyata, sekalipun bukan tentang cinta.
“Kita bahas butir pertama yaitu tidak akan ada perpisahan?” Suami Vivi terlihat cukup serius meski tersenyum melihat Nay dan juga Ray. Ray mengangguk dan tersenyum juga. Nay mengangguk cepat untuk setuju dengan point itu. Vivi terlihat tersenyum juga melihat sahabatnya terlihat tenang.
“Setiap pernikahan juga sebenarnya tidak mau ada perpisahan.” Suami Vivi sedikit berkomentar dan pengacara dari pihak Ray juga tertawa karena kalimat itu.
“Tapi jika dituliskan akan lebih mengena, mungkin supaya lebih jelas.” Vivi ikut berkomentar lagi.
“Sebenarnya supaya lebih mudah saja, karena ini juga berkaitan dengan aset yang akan Nay kelola. Ada banyak hal yang harus dia urus untuk saya. Jadi, sebaiknya ditegaskan dalam perjanjian. Supaya kedua belah pihak nyaman.” Raymond benar-benar menjelaskan. Dan Nay tersenyum mendengar apa yang Ray katakan.
“Point kedua, pihak pertama boleh menjadikan perempuan lain istri jika membutuhkan.” Suami Vivi membacakan point kedua dari perjanjian pra nikah tersebut. Nay lagi-lagi hanya mengangguk perlahan dan tersenyum. Ray kali ini juga begitu, terlihat cukup dingin dan tidak menjelaskan.
“Ah... Tapi semua aset dan harta akan tetap dalam kuasa pihak kedua.” Raymond tiba-tiba ingat menambahkan kalimat itu dan melihat kearah Nay untuk meminta persetujuan dari perempuan itu. Nay mengangguk mengerti.
“Um... Bagaimana jika kami berdua baca terlebih dahulu, lalu diskusikan jika masih ada yang kurang?” Nay terlihat sedikit tidak nyaman karena point perjanjian mereka dibacakan. Ray melihat kearah pengacaranya untuk bertanya.
“Begitu juga bisa, karena point-pointnya juga terasa sangat pribadi. Ada baiknya jika seperti itu.” Pengacara pihak Ray terlihat berusaha menyampaikan.
“Kalau begitu beri waktu kami untuk membaca sebentar.” Raymond terlihat memasang wajah cukup serius. Nay juga mengangguk memeriksa lagi draft yang dibuat bersama baru saja. Nay membaca melalui tablet milik Raymond, sedangkan laki-laki itu membaca draft di laptop milik pengacaranya.
Hampir sekitar lima belas menit dan mereka berdua sudah selesai membaca perjanjian itu. Suami Vivi juga terlihat cukup tenang dan menikmati beberapa menu yang dia pesan bersama dengan istrinya.