“Lagipula kita bisa membicarakan lagi persiapan pernikahan.” Raymond terlihat bersikap dan memiliki nada bicara yang biasa saja.
“Menikah? Kamu baru akan menikah?’ Seorang dari lima orang perempuan yang sedang mengelilingi Nayshila bertanya. Dilihat dari apa yang dia kenakan, dia juga merupakan perempuan yang bekerja dan juga kaya.
Raymond terlihat cukup terkejut karena memperhatikan Nay yang seolah membisu, tidak seperti ketika mereka berdua membicarakan pekerjaan.
“Um... Mungkin bagi dia terlambat menikah, tapi bagi aku tidak. Kalian juga bisa datang, tapi sepertinya tempatnya akan cukup jauh dan sedikit pribadi.” Raymond seolah sedang berusaha menolong Nayshila dari posisinya saat ini. Entah kenapa Nay yang biasanya bersikap bebas, seolah tertekan dengan hadirnya lima orang perempuan di sekitarnya itu.
“Ah... Tapi bukannya kamu itu influencer terkenal ya?” Seorang dari lima perempuan itu bertanya sambil memperhatikan ponsel pintarnya seolah sedang mencari siapa Raymond. Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk, menyentuh bahu Nay yang sepertinya masih terlihat gugup.
“Pekerjaan, itu hanya sebuah pekerjaan.” Raymond menjawab dengan santai dan tersenyum. Dia juga mengusap lembut bahu Nayshila supaya perempuan itu sedikit rileks. Ray mendekatkan kepalanya ke bahu Nayshila yang masih duduk.
“Ada apa? Bersikaplah biasa atau bisa jadi rahasia kita akan terungkap.” Raymond seolah sedang mengingatkan Nayshila tentang kerjasama mereka berdua. Tapi Nayshila masih diam saja.
“Apa kalian habis ngobrol atau bagaimana? Mau pesan beberapa makanan atau minuman lagi?” Kali ini karena Nay masih terdiam Raymond berusaha untuk duduk di pegangan sofa tempat Nay duduk. Tentu dengan tangan yang dia lingkarkan di sepanjang pundak Nayshila mereka memang seolah sedang bersikap romantis satu sama lainnya.
“Boleh foto?” Seorang dari mereka dengan rambut keriting berwarna agak coklat bertanya. Ray mengangguk perlahan dan melihat Nayshila yang masih diam. Perempuan berambut coklat itu kemudian berdiri di hadapan Nay dan Ray untuk mengambil gambar.
“Sebentar.” Nay tiba-tiba menutup wajah Ray dengan satu tangannya. Meski bahkan masih terlihat tapi, Nay menghalangi temannya mengambil gambar Ray. Laki-laki itu hanya terdiam dan tersenyum kemudian menunduk.
“Aku rasa tidak boleh mengambil gambar sembarangan. Ray punya banyak relasi dan koneksi di media sosial, jadi dia harus lebih bijak dalam bersikap tentang mengambil gambar.” Nayshila bersikap seperti seorang profesional yang bekerja untuk Ray. Laki-laki itu menatap perempuan di sampingnya yang akan menjadi istri baginya seumur hidup. Dia menunduk dan kemudian tersenyum, lalu sedikit tertawa.
“Maaf, calon istriku ini... Bagaimana mengatakannya?” Raymond terlihat tersenyum dan seolah sedang tersipu.