Pagi ini Nay sudah berada di sebuah tempat yang paling dia suka. Stasiun, pagi sekitar pukul sembilan, dan dia hanya sendirian duduk di ruang tunggu depan meski dia tahu pasti orang yang dia tunggu tidak akan datang lewat sana.
“Dimana?” Sebuah suara membuat Nayshila tersenyum, seolah dia benar menjemput orang yang dia tunggu dari hatinya. Perempuan itu kemudian berjalan cepat menuju pintu keluar penumpang. Lorong tempat dia berjalan tidak terlalu ramai dan Nay dengan cepat sampai di sana.
Seseorang dengan koper dan juga menggenakan topi berwarna hitam, ada kacamata dengan warna frame gold yang dikenakan. Nay tersenyum menyambut laki-laki itu.
“Silahkan lewat sebelah sini.” Nay menunjukkan jalan supaya mereka turun dan langsung menuju mobil. Ray terlihat cukup lelah, mungkin kurang tidur karena perjalanan malam. Nay sudah berada di kursi kemudi. Perempuan itu memberikan air mineral kepada Ray.
“Mau beli kopi dulu?” Nay menawarkan sambil menyalakan mesin mobil. Ray terlihat sedikit menguap melepaskan topi yang dia kenakan. Setelahnya dia juga memasang sabuk pengaman, sepertinya itu sebuah kebiasaan.
“Kita langsung ketemu Mama saja, aku bisa minum kopi sambil bicara tentang pernikahan.” Ray terlihat sangat santai mengucapkan sebuah kata yang terkenal sakral.
“Jadi sudah sejauh mana persiapan pernikahan?” Ray bertanya seperti sebuah basa basi. Bagaimanapun juga hampir setiap hari Nay melaporkan progres persiapan pernikahan.
“Hampir 50% sepertinya semua sudah dilakukan. Mungkin list undangan dan juga akomodasi yang masih perlu pertimbangan.” Nay terlihat masih fokus mengendarai mobil sambil menjawab pertanyaan Ray.
“Banyak juga ya biaya pernikahan.” Ray membuat Nay tersenyum mendengarkan kalimat itu.
“Karenanya aku juga tidak mau terlalu banyak menggunakan uangmu.” Nay mencoba bicara dengan bahasa yang biasa, tapi sepertinya tidak baik jadi dia kemudian terdiam untuk sesaat. Ray juga masih diam.
“Maaf.” Nay terlihat merasa melakukan kesalahan meski Ray tidak mengatakan apapun.
“Kenapa?” Ray tersenyum menatap Nay yang masih menyetir dengan matanya yang terlihat lelah. Laki-laki itu sudah melepaskan kacamatanya.
“Um...” Nay terlihat ragu untuk melanjutkan bicara.
“Soal biaya pernikahan?” Ray terlihat memeriksa reaksi dari Nay yang masih diam.