My Life

una
Chapter #2

One Fact

Angin sore menjelang malam yang dingin tidak membuat seorang remaja ini untuk beranjak. Dia adalah Yuana Felliciara, cewek imut dengan rambut bergelombang, berkulit kuning langsat, pipi chubby dan jangan lupakan tingginya 161 cm. Dia sedang berada di dekat sebuah danau yang menjadi tempat favoritnya, bahkan di sini ada rumah pohon yang entah siapa yang membuatnya, yang penting masih bagus dan bisa di pakai.

"Ci," panggil seorang pria dari atas rumah pohon.

"Hm?" jawab Cia yang sedang tiduran di atas rumput tanpa menoleh sedikit pun karena fokusnya hanya pada bintang-bintang yang mulai bermunculan karena hari sudah mulai gelap.

"Ngapain lo?" tanya pria itu sambil menyembulkan kepalanya di pintu rumah pohon.

"Kepo lo," jawab Cia cuek.

"Eh, kepo tuh sifat ilmiah tau nggak," ucap pria itu dengan posisi yang sama.

"Halah, nilai di bawah rata-rata aja sok-sok-an bahas sifat ilmiah," ucap Cia meremehkan.

"Kayak nilai lo di atas rata-rata aja, inget ya, nilai gue lebih bagus dari nilai lo," ucap pria itu lagi.

"Bodo amat," balas Cia santai lalu merubah posisinya menjadi duduk.

"Heh, mending lo kalo gak ada kerjaan sini pijitin gue, daripada di situ ngitung bintang, gak ada faedahnya, serius deh, percaya sama gue, sampek tua pun lo gak bakal selesai ngitung bintang segitu banyaknya," ucap pria itu lagi.

"Heh, Ditto, daripada gue pijitin elo, mending gue ngedrakor sampek kuota gue abis," jawab Cia ngegas sambil menatap Ditto sengit.

"Heh, gak sopan lo sama yang lebih tua," ucap Ditto tak terima kemudian beranjak turun dari atas rumah pohon lalu berjalan mendekati Cia.

"Iya iya bang, percaya deh sama yang lebih TUAA," ucap Cia dengan menekankan kata tua.

"Punya adek kayak elo tuh bikin emosi jiwa tau nggak," gerutu pria itu yang bernama Ditto, lalu duduk disebelah Cia.

"Enggak," jawab Cia santai.

"Gue ngasih tau bukan tanya, kampret," kesal Ditto sambil menoyor kepala Cia.

"Ya ya ya, sekarepmu wae lah," ucap Cia dengan bahasa Jawa sambil mengusap bekas toyoran Ditto.

"Sumpah lo itu ngeselin pake banget banget banget," kesal Ditto.

"Yaaa, gak nanya," ucap Cia menjengkelkan.

"Bodo amat Ci, lo ngeselin," kesal Ditto greget.

"Tapi lo sayang kan," goda Cia menaik turunkan alisnya.

"Sorry aja gak level gue sayang sama orang kayak elo," ucap Ditto sambil menatap Cia dengan wajah songongnya.

"Halah, sok-sok-an gak level," ucap Cia mengejek.

"Cewek yang gue sayang saat ini ada dua yaitu Mama sama Anya," ucap Ditto sambil menatap langit.

"Wait? Kalau Mama jelas lah, kalau Anya siapa?" tanya Cia penasaran.

"Anya anak kelas lo, masak lo gak tau sih? Ketua macam apa yang gak hafal anak buahnya," kesal Ditto pada Cia karena tak mengenal Anya.

"Ya selow dong bang, lo pasti salah orang, di kelas gak ada yang namanya Anya tauk," kesal Cia balik.

"Masak lo gak tau? Padahal dia keliatan menonjol lho dibanding yang lain," heran Ditto sambil berfikir.

"Anya? Siapa?" pikir Cia mencari anak kelasnya yang bernama Anya. "Yang paling menonjol di kelas? Paling menonjol? Siapa?" setelah berfikir dengan keras "Oh, Kanya bukan? Yang paling menonjol dikelas, menonjolkan?" ucap Cia sambil menaik-turunkan alisnya.

Ditto menelan ludahnya sendiri dengan kesusahan, dia sadar telah keceplosan pada Cia, dan ini adalah bencana bagi dirinya sendiri.

"Mau nomornya gak?" tawar Cia dengan senyuman lebar.

'Tuhkan bener, punya Adek laknat ya gini, susah," batin Ditto kesal.

"Gue kasih nomernya kasih gue duit dua ratus ribu, atau gue kasih tau Kanya tentang omongan lo barusan," ucap Cia memberikan penawaran.

"Udah mata duitan, nganceman, cerdik kayak kancil padahal ranking dua dari bawah, help me God," ucap Ditto membatin lagi dengan wajah melas.

"Udah gak usah ngebatin gue, ntar kalo gue keselek lo sendiri yang susah," ucap Cia saat melihat Ditto malah diam bukanya memilih.

"Jahat banget lo sama gue," ucap Ditto melas.

FYI, penawaran dari seorang Yuana Felliciara tidak pernah menguntungkan orang lain. Ditto cukup tau itu, sekarang dia bingung karena kalau ia memilih membayar uang maka dia akan dapat setengah nomor itu, bayangkan saja SETENGAH nomor telepon seseorang bisa buat apa??? Dari 12 angka Ditto hanya dapat 6, 'kalau mau full tambah lagi uangnya' jawaban Cia kalau Ditto memprotes. Jika Ditto tak mau membayar maka Cia akan menceritakan tentang dirinya pada cewek yang di sukainya, kalau yang bener sih gak masalah, lha ini semua di ceritain sampai ke aib-aibnya.

"Dipilih-dipilih," ucap Cia santai.

"Lo kira lagi jualan apa," kesal Ditto sambil menatap Cia.

"Pulang kuy, ntar dimarahin Ayah sama Bunda," ajak Cia lalu berdiri dan menepuk celana bagian belakangnya agar bersih dari tanah dan rumput.

"Kuy lah gue pengen makan, laper banget dari tadi belum makan," ucap Ditto, lalu beranjak ke arah motornya bersama Cia.

"Apaan? Lo baru aja makan dodol," kesal Cia sambil memukul lengan Ditto.

"Sakit bego," ucap Ditto sambil mengusap-usap lengannya. "Emangnya kapan gue makan?" tanya Ditto ngegas.

"Lo pikun apa gimana? Sebelum kesini kita mampir di warteg kampret," ucap Cia ikut-ikutan ngegas.

"Oh iya lupa," ucap Ditto lalu nyengir tak berdosa.

"Dasar pikun," ucap Cia ngegas.

"Lu-"

"Udah deh gak usah jawabin gue terus mau pulang nggak," potong Cia dengan ngegas saat Ditto hendak berbicara.

"Iya-iya nyonya," jawab Ditto tak ikhlas.

"Udah cocok lo Bang jadi babu," ucap Cia lalu naik ke atas motor Ditto.

"Gue tinggal tau rasa lo," kesal Ditto lalu memakai helmnya.

Lihat selengkapnya