Kegelapan merayap saat beberapa lampu sudah mulai dipadamkan. Pria itu masih duduk dengan santainya dalam remang lampu dim light. Pramugari mulai berjalan keliling kabin untuk membereskan beberapa meja kecil di depan kursi. Mereka mengambil gelas dan membuang beberapa sampah. Di di kanan tempat pria itu duduk, seorang Ibu sedang memeluk anaknya yang sudah tertidur lelap. Suasana semakin hening tercipta saat wanita itu memelankan suara saat berbincang dengan suaminya. Atmosfir dalam kabin terasa semakin sunyi. Mewakili heningnya malam di angkasa, saat pesawat terbang melintasi awan diatas megahnya samudra Atlantik.
Pria itu membuka kembali laptopnya untuk mengakses file tentang perjalanan hidupnya di Bali. Ia menulis tentang teman-temannya, mendeskripsikan kelakuan mereka secara detail. Namun, ia lebih banyak membaca daripada mengetik. Hasil karangan itu membuatnya merasa geli sendiri mengenang masa putih abu-abu yang baru saja berlalu dari hidupnya.
Malam ini, mood untuk menulis tidak begitu baik. Jet lag dan mata yang sudah lelah namun tidak mengantuk, membuat pria itu enggan untuk meneruskan tulisannya. Dengan touchpad yang ada di tangan kanannya ia hanya menscrol naik turun. Memeriksa kembali seluruh tulisannya jika terdapat salah kata atau grammar yang terlewatkan. Tubuh letih, tapi semangat untuk menulis masih tersisa, mengingat banyak sekali momen yang terjadi di akhir tahun masa SMA yang harus diceritakan. Akhirnya dengan sisa energi, ia memutuskan untuk berusaha melanjutkan kisahnya .
"Miss" panggil pria itu dari kursinya, seorang pramugari berjalan berbalik ke arah pria tampan dengan rambut model undercut itu. "Can I have coffee please?" tanyanya pelan. Pikiran terlintas dan kata itu terucap begitu saja, karena dorongan bahasa tubuh yang sedang membutuhkan tenaga ekstra.
"Okay, sure." sahut pramugari itu ramah. Raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan kelelahan walaupun senyumannya terlihat sumringah.
"Long black without sugar please, I have something to do."
"Ok, wait a moment sir."