Hukuman untuk satu kelas membuat murid-murid kelas X-4 IPS menjadi terkenal. Omelan dari Bu Wiwik sang wali kelas, tidak henti-hentinya mencecar saat jam pelajaran Bahasa Indonesia. Belum lagi para guru yang mengajar mulai nyinyir dan menyindir mereka semua. X-4 IPS kelas bandel, biang ribut, dan memecahkan rekor hukuman sekelas, dalam 10 tahun terakir dengan kurun waktu tercepat, yaitu 1 minggu.
Hari sudah siang saat pelajaran matematika berakhir. Semua murid meringkas buku-bukunya, sambil merenggangkan otot mereka yang tegang. Wajar saja, karena guru matematika mereka adalah Pak Anton sang lagenda antar generasi. Guru terkiler seantero semesta, Suaranya keras, orangnya hitam, rambutnya keriting, jika membentak seluruh kaca bergetar suara lantang nan menyeramkan adalah talentanya sejak lahir. Tidak segan-segan ia mengeluarkan murid. Vega pernah jadi korban, cosplayer spesies otaku yang tertangkap membaca komik Yaoi di jam pelajarannya. Komik itu dirobek, dan Vega dikeluarkan, diluar Vega hanya berdiri dengan tatapan kosong karena ia Shock perlu beberapa menit untuk sadar bahwa ia sedang di hukum.
"Lis, pulang mau kemana? ke Bu Jero yuk, makan rujak" ajak Chandri.
"Ngerujak? bole deh!" kata Lisa semangat, Ia sudah terbiasa dengan banyak makanan Bali yang dominan pedas.
"Ikut dong!" Tiba-tiba Novi menimpali.
"Ayo nov, makin rame makin asik! Yang lain mau gak?" tanya Lisa.
"Ada daluman di sana?" sahut Eriana, cewek yang jago surfing dengan kulit eksotis, gayanya tomboy, namun wajahnya manis.
"Ada Ri, yuk bareng" sambung Novi.
Kemudian mereka berempat menuju warung yang tidak begitu besar ada di dekat pojokan jalan perumahan dekat sekolah. Waktu itu terlihat sepi, biasanya sangat ramai pada jam makan siang. Kemudian mereka semua memesan rujak kuah pindang, kecuali Eriana yang dengan pelan menyendok dalumannya.
"Me! Tipat Cantok lagi satu, lomboknya dua ya" sahut Lisa sambil mengangkat tangannya.
"Nggih..." sahut bu Jero yang sudah agak tua, dengan semangat ia langsung mengulek kacang.
"Lis, baru kali ini aku liat makhluk kayak kamu" Novi melanjutkan menyendok rujaknya.
"Kenapa Nov?" tanya Lisa, dengan semangat tinggi ia menyendok kuah rujak hingga piringnya kering.
"Pelihara apa sih di perutmu? Qe bawa bekel, habis itu makan lagi di kantin, tapi masih aja badanmu kecil gitu."
"Ada naga di sini kamu ga liat? Kalo ga dikasi makan dia ngamuk! kamu di makan mau!?" Canda Lisa.
"We jegeg buduh! (Cantik sinting!) yah, makan yang banyak biar cepat besar!" Eriana menimpali dengan tawa.
"Eh, btw, Gungde sekarang sering dispen ya... " Kata Chandri.
"Iya, dia kan mau tanding, katanya sih mau ngerebutin Denpasar cup, minggu depan kita jadi tuan rumahnya, dia hebat banget lho." sahut Novi.
"Kok bisa tau Nov?" kata Eriana.
"Yah, aku kan ekskul basket juga! Kelas kita cuma ada dua orang yang ikut."
"Oh, gitu... pantas aja jam pelajaran terakhir sering ga ada." Chandri menyendok lagi rujaknya.
"Kayaknya ada yang kangen nih." Lisa nyeletuk.
"Hmmm...." Novi dan Eriana berguman.
"Kok kalian mikir gitu?" Chandri tertunduk, terlihat wajahnya memerah.
"Kamu aneh Chan, orangnya duduk dibelakangmu, pas ada kamu diemin, pas ga ada ditanyain." Sambung Lisa. "Eh makasi bu!" Lisa meraih piring yang berisi tipat cantok (makanan khas Bali, Ketupat dengan bumbu kacang).
"Lho, ini arisan ya? kalian kok di sini? Ibu Suri ada di sini" kata Eka tiba-tiba saat memarkir motornya di depan warung."Me, Rujak gula kalih, ngajeng dini nah, nyanen timpal tiang kal teke, jak es gula kalih. (Bu, Rujak gula dua, makan di sini ya, nanti teman saya dateng, sama es gula dua.)"