"Cewek... Ih, sombong banget, di panggil gak noleh..."
"Apaan sih! Cungkring!, iseng banget, matiin tu rokok asapnya ganggu tau!"
Edo langsung membuang rokok itu di kebun dekat gerbang sekolah. "Biasanya sama Chandri, mana dia?"
"Uda dateng duluan. Hari ini ga ada PR Do?"
"Hellloooo nona manis, yakin kamu nanya gitu sama aku?" kata Edo menggoda.
"Hais! kumpulan makhluk-makhluk ormas gini deh!" Edo hanya tertawa mendengar itu, kemudian saat mereka naik ke kelas mereka hanya melihat Gede, Gungde dan Made.
Edo mendekati mereka dengan tampang agak bingung. "Bro! semua makhluk hidup kemana? ini kelas sepi kayak kuburan."
"Ga ngerti, 15 menit lagi masuk, jam pertama pak Anton, ini semua nyari mati ya? mau dihukum sekelas lagi?" kata Gungde.
Setelah itu, kira-kira dua menit kemudian murid-murid X-4 IPS datang berbondong-bondong masuk kelas. "Wah kalian berlima santai banget ya, kalian sudah fotokopi ini?" Novi menunjukkan lembaran putih berisi tentang materi.
"EH IYA! itu yang nanti mau di bahas sama pak Anton kan? yang ga fotokopi di suruh keluar."
"Serius? Lis?" Made langsung memotong.
"Ee, Nov mana? sini bawa, aku mau fotocopy nih!" Sahut Gungde, Dengan santainya Novi memberikan kertas itu, kemudian setelah meletakkan tas, Lisa, Made, Gungde, Edo dan Gede langsung menuju parkiran motor, mereka pergi ke fotocopy terdekat. Sampai disanapun mereka masih mengantri.
Setelah itu mereka kembali ke sekolah, jam pelajaran sudah dimulai, berharap Pak Anton dengan jalannya yang lambat namun pasti belum memasuki kelas mereka. Mereka berlima berlari-lari seperti dikejar setan, melewati pak Min satpam sekolah. Namun dengan sekuat tenaga mereka menaiki tangga yang jumlahnya tidak sedikit, karena kelas mereka ada di lantai atas. Mereka berlima berhenti mendadak tepat di depan pintu kelas mereka yang sudah tertutup, lalu Edo dengan santainya membuka pintu.
"Hahaha... kita selamat! Hai semua!" dengan PDnya Edo masuk, sedangkan Lisa, Gungde, Gede dan Made masih di depan pintu dengan tatapan kosong.
"Hei boooss... Siapa suruh kamu masuk...!?" Nada itu pelan namun mengerikan, suara agak serak yang sangat lagendaris dari masa ke masa. Dengan tatapan tidak percaya Edo langsung mengalihkan pandangan ke sosok tersebut, iapun langsung terlonjak kaget. Sedangkan beberapa teman yang lainnya geli menahan tawa.
Sosok Hitam, gemuk, dan berwajah seram, sudah berdiri di depan kelas dengan atribut faforitnya, Penggaris kayu satu meter dua puluh senti. "Kenapa telat?" pak Anton melanjutkan.
Keringat dingin sudah menetes di dahi "Saya fotokopi pak, materi bapak..." kata Edo pelan.
Pak Anton memperbaiki letak kacamatanya, dengan senyum sinis penuh kemenangan "Saya kan sudah bilang, dari minggu yang lalu... kenapa baru sekarang kalian, itu si topi merah, yang paling ribut, kenapa baru fotocopy?" Pak Anton menunjuk gerombolan Lisa yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Itu namanya kalian malas, tidak bertanggung jawab... teman-teman kamu bisa tepat waktu, dan melakukan tugasnya".