Jam istirahat pertama di hari senin, Lisa memberanikan diri datang ke kelas Willy membawakan sekotak spaghetti yang ia masak tadi pagi. Banyak mata yang tertuju padanya, hanya beberapa kakak kelas Lisa sapa. Dilaluinya kerumunan orang yang sedang berkumpul di depan kelas.
"Pagi kak Wil, Nih kak!" kata Lisa semangat, "Sesuai Janji kemarin, aku masakin. Special, karna uda ngajak jalan-jalan dan traktir dua kali... Sorry ya kalo nanti ga enak, baru pertama nyoba, hehehe..." Kata Lisa cengengesan, anak polos ini sama sekali tak menyadari kalau setiap mata yang memandang berbisik tentang mereka berdua.
"Wow, thank you! laper berat nih, males juga ke kantin, itu uda di balikin tuh topimu!"
Lisa hanya mengangguk pelan "Kuambil paksa, habis pas di kelas, Keira dipanggil Lisa, pas jalan di lorong dia juga dipanggil Lisa. Trus kalo Keira itu Lisa, aku siapa?"
Tidak hanya Willy, Andrian teman sebangku Willy pun cekikikan geli. "Wil, wil, nemu aja gebetan kayak gini..."
"HUS!" Willy menyikut siku rusuk Adrian "Bukan, cuma temen..."
"Temen apaan, tau ga Lis dari tadi pagi dia nyeritain kamu." kata Andrian.
"Kenapa Kak? Pasti kak Willy bilang aku rewel ya?" Lisa menatap Willy tajam.
"Nggak kok... Katanya kamu lucu... Trus semua yang dijalan kamu komentarin satu-satu." Kata Adrian, "Pantes aja, monyet satu ni seneng, qe manis sih Lis." Adrian mengacak-acak rambut Willy.
Wajah Lisa hanya memerah sambil merunduk dan Willy hanya tersenyum simpul. "Udah! banyak omong qe! Tuh uda nungguin..." Willy menunjuk kedepan kelas, seorang gadis tersenyum di sana. Adrian langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri gadis itu lalu mereka meninggalkan kelas.
Willy menoleh kebelakang, ia sudah tau teman se-gengnya yang sedang cekikikan memandang ke arahnya dari pojokan kelas. "Udah! Qe semua sini! Jangan ngomong yang nggak-nggak..."
"Waduh, Gak enak gangguin kapten! Silahkan pak bos!" Kata Sudiartha, teman Willy yang Lisa temui di kantin beberapa hari yang lalu.
Willy mengambil garpu yang terbungkus tissue lalu membuka kotak itu dan langsung melahap spaghetti buatan Lisa. Ia mengunyah pelan, dinikmatinya setiap rasa. Lisa hanya memandang Willy sambil tersenyum. "Enak lis! enak banget, Suer!" Kata Willy yang kini melanjutkan suapannya dengan lahap.
Lisa berdecak pinggang dengan bangga. Tidak sia-sia Lisa dan Ibunya memasak spaghetti. Usaha itu terbayar sudah dengan melihat Willy yang makan begitu lahap. Hatinya begitu berbunga-bunga saat itu, terlebih melihat luka di pelipis Willy yang berangsur hilang. Luka yang mempertemukan mereka hari itu, di UKS.
"Kamu nggak makan?" Tanya Willy.
Lisa mengangguk, "Udah kak Will tadi pagi, aku sarapan orang!"
Willy hanya menggeleng sambil tersenyum, ia selalu senang dengan sifat Lisa yang nyablak itu, entah apa isi otaknya. Perlahan sifat itu mengobati hatinya yang sedang sepi. "Waduh! Kamu sadis juga ya... Jangan-jangan ini Spaghetti pake daging orang juga."