Dua minggu lamanya seluruh sekolah mempersiapkan event sekolah yang cukup besar, kreativitas adalah salah satu jiwa anak muda yang harus diekspresikan. Dari kata-kata itulah muncul tema pekan kreativitas siswa 'Soul of Creativity'. X-4 IPS membuat sebuah konsep, bahwa mereka itu unik, Vega mencetuskan sebuah tema yaitu True Colors, dan disetujui oleh teman-teman lainnya.
Lisa dan beberapa teman lainnya bekerja di aula sekolah sampai malam, disana terlihat setiap kelas sedang sibuk mempersiapkan dinding-dinding mereka yang bentuknya seperti stand, besar dinding itu 2 x 2 meter. Hanya dinding kelas X-4 IPS yang berwarna dasar hitam, dan di situ tertempel foto-foto keseharian mereka. Semua orang yang lewat, tanpa terkecuali pasti berhenti sejenak untuk menikmati foto-foto itu. Beberapa siswa berdecak kagum karena dinding itu bercerita, dari semua foto tidak satupun yang tidak mempunyai makna. Dari proporsi foto hingga moment dan catatan kecil dibawahnya menggambarkan betapa menyenangkan masa SMA dimana persahabatan terjalin tanpa batas.
Cerita di dinding mengulas kisah tentang kelas X-4 IPS. Dari keseharian teman-teman yang duduk santai saat jam istirahat. Ekstra basket yang dilakukan Gungde dan Novi. Saat di studio musik, dimana band Jessen, Robocop, Almanto, Eka dan Vallerie yang akhirnya menjadi Vocalist, diabadikan dalam sebuah foto hitam-putih yang indah. Saat Vega membaca komik di Pojokan kelas. Saat teman-teman X-4 IPS berbincang-bincang di lorong sekolah. Foto yang paling menjadi perbincangan adalah, saat Chandri yang tertunduk malu berbincang dengan Gungde di Kelas. Dalam hal ini Lisa yang paling bekerja keras, mengikuti kebiasaan teman-temannya untuk difoto.
Pandangan Lisa hanya teralih pada satu stand yang paling menonjol, dan disana hanya ada kira-kira delapan orang yang berkerja. Di atas stand seni itu tertulis 'The Last Pirates' isinya penuh dengan papercraft dengan warna yang mencolok. Setelah Lisa menyelesaikan Standnya ia menyempatkan diri ke tempat orang yang sedang bekerja di stand The last Pirates. Satu-satunya stand yang mempunyai lampu led, dan sambungan listrik. Serta ada box untuk tempat Dry ice, entah apa yang direncanakan mereka. Terlihat pria tinggi berambut keriting sedang sibuk memasang kabel. Lisa melihat pada meja di sana ada replika papan dari kertas yang bertuliskan XII-IPB. Lisa langsung minder melihat stand itu, dibandingkan dengan Standnya, baru setengah jadi saja stand XII-IPB sudah menjatuhkan mental. Malam itu Lisa hanya menguatkan hati untuk menghadapi hari esok.
***
"Semangat LISSSS!!!" Novi datang tiba-tiba dari belakang Lisa lalu merangkulnya "Semangat dong! kok qe lesu gitu."
"Kemarin malem aku ngeliat stand kelas XII-IPB," kata Lisa pelan dan ia berjalan sambil tertunduk.
"Lisa manisss... " Novi mencoba merayu Lisa "Fotomu itu lho bagus banget, yang ada di Stand kita itu benar-benar diluar pikiranku, Lis, menang ga menang bukan masalah Lis, ini wujud kekompakan kita, serius Lis Foto-foto kita keren!" Novi langsung memeluk Lisa. "Aku ga peduli stand lain sebagus apa, yang penting kita punya warna Lis, 'We have a True Colors!'"
Sontak Lisa kaget dengan perkataan Novi di tengah keramaian itu, "Judul lagunya Phil Collins, benar juga ya! sifat kita masing-masing! Warna kita ya!" kata Lisa.
"Makanya... temanya, True Colors " Kata Novi "Keira sama Selly udah susah-susah lho buat kata-kata, sama teman-teman yang lain, Vega udah seharian nulis, kamu ga baca? "
"Baca sih, cuma... aku aja yang minder duluan. "
"Eh, entar lagi mau mulai tuh band kita, sampe nama band kita juga Warna, mau denger Vallerie nyanyi kan!? Secret love song. "
"Little Mix, kemarin pas aku foto di studio, GILA! suaranya mirip banget sama coverannya Morrisete wish 107" kata Lisa antusias.
"Oh ya? Aku ga sempet liat mereka latihan di studio sih. Wah ga sabar nunggu nih..."
"Hai Lis..." Tiba-tiba Willy menyeruak dari belakang orang-orang "Nih, aku beliin takoyaki, ada standnya di lapangan, enak lho... "
Novipun hanya melongo. "Makasi ya kak Will" sahut Lisa sambil tersenyum.
"Tadi aku liat lho stand kelasmu, Keren banget, udah keliatan itu kamu yang foto. " kata Willy.
Lisa tertunduk malu "Makasi kak Will. "
"Yuk nonton Band dari atas yuk mumpung masih sepi disana keliatan lho semua viewnya" Willy langsung menggaet tangan Lisa.
"Eh, eh iya, da... Nov... " kata Lisa sambil melambai ke Novi.
***
"Dulu aku sering nonton di sini sama Ellena, hampir sepanjang hari, giliran beli camilannya." kata Willy sambil menaiki tangga.
"Oh iya ya kak, kakak ga kangen?"
"Wah jangan di tanya lagi, kangen banget..."
Setelah mereka sampai di lantai yang paling atas itu Lisa hanya melihat seorang gadis berambut hitam ikal, tebal dan sangat panjang hingga ke pinggul diikat ke samping kiri. Gadis itu cukup tinggi, tubuhnya benar-benar indah semampai dan saat menoleh, wajahnya polos senyumnya sangat manis, matanya Bulat dan elok. Kecantikan yang sangat natural terpancar dari wajahnya.
Willy tersentak kaget saat melihat gadis yang seorang diri berdiri di sana "Iluh?" suara Willy menandakan bahwa ia tak percaya Iluh itu bisa ada di sana.
"Bli, Willy... " Sahut Iluh pelan. "Apa kabar? tahun ini kita nonton tanpa Ellena ya bli... " gaya bicara Iluh lembut dan sangat santun disertai logat Bali yang sangat kental.
"Eh, iya kenalin ini Lisa... " kata Willy agak canggung, Iluh menjabat tangan Lisa.
"Lisa"
"Iluh Sari, kamu lucu ya pake topi merah. Aku sering liat kamu kalau masuk gerbang."
"Eh, iya kak Iluh..."
Willy terdiam seribu bahasa, Iluh pun hanya menyaksikan dalam diam band-band yang sudah beraksi. Lisa merasa agak canggung akan hal tersebut, sesekali ia menawari Iluh takoyakinya. Iluh hanya menolak dengan halus, menggeleng lalu tersenyum.