My Little Princess

Natasha Dialove
Chapter #3

BAB 2

Dear Diary,

Hari ini hari pertama sekolah. Kakak mengantarku ke sekolah, tapi dia tidak menjemputku. Aku sedikit sedih. Kukira aku akan kesepian, tapi ternyata tidak. Kau tahu? Aku mendapatkan teman baru kali ini. Ada seorang gadis bernama Leona Seychelles. Seychelles. Sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat. Tapi aku tidak tahu di mana. Leona adalah teman pertamaku di sekolah itu. Dia sangat baik kepadaku.

Hari ini aku tidak memperbolehkan pak sopir menjemput, jadi aku pulang sendiri. Isabella Anastasya ini ingin mengunjungi makam mama. Aku sangat senang hari ini. Aku sudah lama tidak bertemu mama. Aku rindu dengan mama. Tapi itu membuatku pulang terlambat. Kak Alex jadi khawatir. Aku tidak ingin membuat Kak Alex khawatir.

Sudah dulu ya. Sudah waktunya makan malam. Walaupun kakak sedang pergi dinas, jika dia mengetahui aku tidak makan, dia akan memarahiku. Dasar. Kakak memang overprotektif. Hihi. Bye - bye.

Isabelle menutup buku diarinya, menaruhnya di meja belajar, sampai matanya tertuju pada sesuatu di meja. Sebuah kotak. Isabelle membuka kotak itu dan air matanya mulai berjatuhan. Kotak itu berisi kenangannya bersama Alex, juga papa dan mamanya. Alex tidak akan membiarkan Isabelle menyimpan benda - benda itu. Karena itu Isabelle harus menyembunyikannya.

Isabelle mulai terisak sambil mengeluarkan satu persatu benda dari dalam kotak itu. Ada kalung pemberian almarhumah ibunya saat ulang tahunnya yang ke delapan, bros pemberian ayahnya, cincin milik almarhumah ibunya, mahkota kecil saat ulang tahunnya yang ke sepuluh dan juga beberapa foto keluarganya. Ia tidak tahu mengapa, namun dalam foto-foto ini, wajah ayahnya tidak terlihat. Seolah ada seseorang yang sengaja merusaknya.

"Nona? Sudah waktunya makan malam." Frankenstein, sang kepala pelayan, mengetuk pintu kamar Isabelle. Meminta Isabelle keluar kamar untuk makan malam. 

"Iya. Aku akan ke sana." Teriak Isabelle dari dalam kamar. Ia mulai mengusap air matanya dan pergi ke ruang makan.

Kali ini Isabelle harus makan sendiri lagi, kakaknya sedang dinas dan para pelayan tidak mau diajak makan di meja makan. Ini pasti akibat kakaknya terlalu tegas pada para pelayan itu. Isabelle pun mulai memakan makan malamnya, entah kenapa ia tidak bernafsu untuk makan. Nafsu makannya hilang setelah melihat foto - foto tadi.

"Nona? Apakah anda sakit?" Tanya Frankenstein.

"Aku baik - baik saja. Aku hanya agak tidak bernafsu makan hari ini." Balas Isabelle.

"Anda ingin saya memanggilkan dokter nona?"

"Tidak. Aku baik - baik saja Frankenstein. Aku hanya ingin tidur. Setelah ini aku akan tidur, jangan ganggu aku ya." Kata Isabelle sambil tersenyum. Senyumnya benar - benar secerah matahari. Ia sangat manis.

Banyak pelayan yang menganggap Isabelle seperti anak mereka sendiri. Mereka memperlakukan Isabelle sebagaimana mereka menyayangi anaknya. Isabelle gadis yang baik dan cantik. Tapi sayang, hidupnya tidak seindah wajahnya.

Di umurnya yang masih tergolong belia, ia melihat ibunya terbunuh di depan matanya. Ayahnya meninggalkannya dan Alex di umurnya yang bahkan belum dewasa. Akhirnya Isabelle dan Alex harus tinggal bersama neneknya. Namun neneknya juga harus meninggalkan mereka setahun kemudian. Hal itulah yang membuat Alex menjadi pewaris perusahaan itu di usianya yang masih muda.

Isabelle sudah selesai makan. Ia pergi ke kamarnya dan mulai belajar. Isabelle harus belajar dengan giat agar kakaknya tidak kesusahan nanti, agar Isabelle bisa membantu kakaknya di kantor. Isabelle kasihan melihat kakaknya yang terus bekerja siang malam. Dan ponsel Isabelle berdering. Isabelle bisa menebak siapa yang menelepon, kakaknya tentu saja.

"Halo. Iya kakak?"

"Halo. Princess. Kamu udah makan?"

"Udah kak. Tenang aja. Tanya Frankenstein kalau kakak nggak percaya."

"Oke kalau begitu. Kamu sekarang lagi ngapain?"

"Lagi belajar kakak. Kakak ngapain? Ih kakak bosen ya? Makanya telepon aku." Kata Isabelle sambil terkekeh pelan.

"Dasar kamu. Suka banget jahil ke kakak." Balas Alex. Terdengar suara tawa di seberang sana. Alex tertawa. Isabelle tahu Alex sedang lelah sekarang. Karena itu ia berusaha menghibur kakaknya.

"Yaudah kamu lagi belajar. Kakak nggak akan ganggu kamu." Kata Alex lagi.

“Iya. See you kak.”

Isabelle menghela napasnya. Bukan karena apa, ini adalah hari pertama sekolah, dan hari ini sangat melelahkan. Isabelle ingin mempunyai teman. Tapi ia hanya diam, ia hanya mencoba memikirkan bagaimana caranya menjalin pertemanan dengan mereka, namun Isabelle tidak bisa menemukan satu hal pun. Beruntung Leona mendekatinya dan mengajaknya berkenalan. Walaupun hanya satu, Isabelle bahagia bisa mendapat teman.

Sebenarnya, Isabelle mempunyai seorang teman, saat ia kecil dulu. Namun teman Isabelle itu pindah ke Amerika dan Isabelle berada di Indonesia. Lalu setelah kejadian "itu", Isabelle bahkan lebih memilih homeschooling.

Teman masa kecil Isabelle adalah seorang anak laki - laki, seingat Isabelle ia cukup tampan. Namun Isabelle telah melupakan nama anak itu, bagaimana wajahnya, seperti apa ia. Setiap Isabelle mencoba mengingat, kepalanya terasa sangat berat, karena itu Isabelle tidak ingin mengingatnya lagi.

Lihat selengkapnya