My Little Princess

Natasha Dialove
Chapter #4

BAB 3

“Baik anak-anak, untuk tugas akhir semester ini, kalian akan berkelompok. Dibagi menjadi lima kelompok.” Kata Bu Nur, guru geografi di kelas 10 IPS 2.

“Bu ini kelompoknya pilih sendiri atau dipilihkan bu?” Tanya Rivaldi sang ketua kelas.

“Diacak. Kalian urus pembagian kelompoknya. Saya akan menyiapkan materi yang akan kalian kerjakan.”

“Baik bu.”

Rivaldi meminta pendapat dari seisi kelas tentang cara pembagian kelompok itu, dan mereka semua setuju untuk melakukan pembagian dengan cara pengambilan nomor. Mereka semua mengambil nomor secara acak satu persatu. Isabelle mulai mengambil nomornya, diikuti oleh Leona.

“Bel, kamu dapat nomor berapa?” Tanya Leona.

“Nomor tiga.”

Seisi kelas telah mengambil nomor untuk kelompok mereka. Kini saatnya untuk mengumumkan nama masing-masing kelompok.

“Kelompok satu. Jack, Anisa, Farah, Robit, dan Leona. Kalian akan membuat presentasi tentang peran geografi dalam kehidupan.” 

“Wah sekelompok sama mereka. Lumayan lah.” Kata Leona. “Aku penasaran siapa saja kelompokmu.”

“Kelompok tiga. Isabelle, Lia, Ruby, Runa, dan Alif. Kalian cari jurnal penelitian geografi dan analisis jurnal itu. Secara lengkap.”

“Maaf Bel, kamu harus sekelompok sama mereka. Dan secara kebetulan mereka satu geng.” Kata Leona sedih.

“Aku nggak papa kok. Kamu tenang aja.” Ujar Isabelle sambil tersenyum. Ia tidak akan membiarkan Leona bersedih hanya karena dirinya.

Kelas pun telah selesai. Para murid telah bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Begitupun Ruby dan kedua temannya, Runa dan Lia. Isabelle mendekati mereka, menanyakan kapan mereka mempunyai waktu luang. Mereka pun meninggalkan Isabelle tanpa mengatakan sepatah kata pun. 

Isabelle yang mengetahui sikap Ruby yang seperti itu, pergi menemui Alif, teman sekelompoknya yang lain.

“Alif. Kamu kapan ada waktu luang? Kita harus segera mengerjakan tugasnya. Minggu depan harus dikumpulkan.” Tanya Isabelle.

“Hari Sabtu, di kafe dekat sekolah. Ruby dan yang lainnya nggak akan mau ikut.”

“Baik. Terima kasih.” Kata Isabelle senang.

Isabelle pun kembali dan bersiap untuk pulang. Leona yang melihatnya pun menghampiri dan mengajaknya untuk pulang bersama.

Leona merasa takjub dengan sifat Isabelle. Isabelle selalu diam saat seseorang mengejeknya, ataupun berbuat buruk padanya. Ia selalu tersenyum dan berterima kasih saat seseorang memperlakukannya dengan baik. Bagi Leona, Isabelle bak malaikat yang turun dari langit. Senyum Isabelle secerah matahari dan matanya segelap malam yang kelam. Ia dapat membuat orang tenggelam dalam matanya yang indah itu.

****

“Halo ma. Sudah lama Isabelle tidak mengunjungi mama. Maaf ya ma. Isabelle janji akan lebih sering mengunjungi mama. Aku nggak tahu kenapa, mama sering muncul di mimpiku. Mama tahu? Mama terlihat sangat cantik memakai gaun putih itu. Mama selalu bilang kalau aku nggak boleh menaruh dendam pada orang lain. Aku selalu berusaha ma.” Ujar Isabelle sambil terisak.

“Aku selalu berusaha mengikuti semua yang mama katakan. Kalau mama bilang tidak, itu artinya tidak. Jadi aku tidak akan melakukannya. Mama. Bagaimana tampang papa? Aku sangat penasaran. Kakak memberiku banyak foto keluarga kita. Tapi hanya foto papa yang rusak. Aku juga tidak bisa mengingat saat-saat yang spesial dengan papa. Entah kenapa, semuanya terasa buram. Tapi untuk saat ini, aku tidak akan memikirkan hal itu lagi. Kakak melarangku melakukannya.”

“Ma.” Tangis Isabelle semakin menjadi. “Isabelle janji, akan menjadi anak yang baik. Aku akan mendengarkan semua perkataan kakak. Kakak adalah pengganti mama dan papa. Mama baik-baik di sana ya ma. Sampai jumpa ma.”

Isabelle pun memutuskan kembali ke rumahnya. Ia tahu, kakaknya pasti akan memarahinya jika mengetahui bahwa ia menangis. Namun, Alex tidak di rumah sekarang. Ia berada di luar kota, karena itu Isabelle dapat pergi ke tempat ini. Satu-satunya tempat yang paling dia kenal di kota ini.

“Nona. Anda sudah pulang. Kenapa anda tidak meminta pak Joko menjemput?” Tanya Frankenstein khawatir. “Pak Joko telah mencari anda ke mana-mana.”

“Maaf. Aku lupa. Aku tadi pergi jalan-jalan dulu. Aku lupa kalau pak Joko menjemput.” 

“Tidak apa-apa nona. Anda bisa istirahat sekarang. Saya akan memanggil jika makan malam sudah siap.”

“Terima kasih.”

Isabelle pun masuk ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Ia sangat lelah seharian ini. Ia akan segera beristirahat di kamarnya. Tetapi, saat dia membuka pintu kamarnya, ia menemukan sesuatu yang tidak terduga.

"Surprise." Teriak orang di dalam kamar yang ternyata adalah kakaknya.

Lihat selengkapnya