Hidupku sempurna.
Well, sebenarnya tidak, tapi aku merasa bahwa semua yang kuinginkan sebagai seorang gadis berusia tujuh belas tahun sudah bisa kudapatkan.
Wajahku cukup cantik sehingga menarik perhatian banyak laki-laki. Tubuhku termasuk proporsional karena tidak tinggi juga tidak pendek, dan tidak kelebihan atau kekurangan berat badan. Kulitku putih bersih sehingga membuatku tidak perlu lagi membeli krim whitening. Orangtuaku adalah pengusaha sukses yang kaya-raya, yang hampir selalu bisa memberi apapun yang kuinginkan. Otakku lumayan cerdas, membuatku selalu lolos masuk ke sekolah favorit dan langganan bertengger di daftar murid terbaik di sekolah. Di rumah pun, aku memiliki empat kakak laki-laki yang semuanya sangat melindungi dan menyayangiku. Teman-temanku juga banyak dan bahkan aku memiliki beberapa gank yang berbeda sekaligus. Ya, hidup ini indah bagiku.
Hari itu pun seharusnya tidak berbeda. Sopirku mengantarkanku ke sekolah seperti biasanya dan begitu menginjakkan kaki di gerbang sekolah, teman-teman sudah menyambutku.
“Pagi, Raina!” sapa Diana, salah satu anggota gank-ku yang bertubuh tambun dan berkawat gigi, tersenyum melihatku. Aku balas tersenyum.
“Pagi!”
“Sudah ngerjain PR, belum?” Ayunda, teman sebangkuku yang bertubuh kurus, menghampiriku.
“Sudah, dong! Masa sih Raina lupa ngerjain PR?” sahutku dengan senyum yang masih tersungging.
“Tahu, deh, kalau kamu anak rajin,” Meisha, anggota gank-ku yang satunya lagi ikut nimbrung. Dia memiliki kulit sawo matang namun berwajah manis. Berempat, kami berjalan menuju kelas kami yang adalah kelas unggulan khusus untuk siswa-siswa terpilih.
Aku masuk ke kelas dan hampir semua siswa yang ada di sana menyapaku. Aku membalas dengan ramah.
Ketika duduk di bangkuku yang terletak di deret keempat dan baris kedua dari depan, aku melihat sepucuk surat sudah ada di laci mejaku. Aku menghela napas.
Surat cinta lagi.
Kenapa mereka belum kapok juga? Sudah berkali-kali kukatakan bahwa aku tidak berminat dengan yang namanya pacaran karena terobsesi untuk lulus sekolah dengan nilai yang bagus. Aku mempunyai impian untuk menjadi dokter dan tidak ingin gagal hanya gara-gara cinta monyet. Lagipula aku belum memiliki laki-laki yang kucintai di dunia ini. Semua cintaku sudah habis kuberikan untuk orangtua, saudara, kerabat, dan teman-temanku.