My Lost Prince

Rosa L.
Chapter #5

Petualangan Mencari Kost-Kostan

“Kalau yang ini gimana?” tanyaku pada Leon. Saat ini kami sedang berada di sebuah kamar kos yang berdinding kuning lembut dan berlantai porselen putih, dengan perabotan berupa lemari, spring bed, meja belajar, dan kipas angin. Menurutku ini cukup bagus dengan harga sejuta. Tadi kami sudah melihat dua kamar kos, namun satunya jorok dengan harga selangit sehingga Leon langsung menolak sementara satunya memiliki fasilitas seperti ini plus AC dan kamar mandi dalam namun harganya melebihi bujet.

“Aku nggak suka,” kata Leon tanpa basa-basi, membuat pemilik kosnya―seorang laki-laki tua dengan rambut memutih―cemberut. Aku jadi tidak enak.

“Kenapa?” tanyaku lagi, kemudian berkata dengan nada promosi, “Kamarnya bagus, kok!”

“Nggak ada kamar mandi dalamnya,” sahut Leon blak-blakan. 

“Kalau mau yang ada kamar mandi dalamnya, harganya kebanyakan nggak segini, Nak. Satu setengah juta ke atas,” seloroh si pemilik kos dengan nada sinis. 

“Ya sudah, kita cari yang lain,” Leon berlalu dengan cepat. Aku kelabakan.

“Eh, tunggu! Per... permisi, Pak,” aku buru-buru pamit, lalu berlari menyusul Leon. Aku berhasil menyejajarinya di halaman rumah pemilik kos yang penuh dengan ilalang. “Kamu nggak boleh kasar begitu. Nggak sopan, tahu! Setidaknya kalau kamu nggak suka, jangan ditampakkan di depan orangnya.”

“Dasar orang Indonesia,” sindir Leon. “Aku ini kan pangeran. Beda, dong.”

“Pangeran atau bukan harus tetap punya tata krama! Bukannya pangeran justru seharusnya lebih punya adab?” omelku.

“Siapa yang pangeran?”

Kami berdua tersentak. Pak Udin bertanya pada kami dengan heran. Kami tidak sadar sudah mencapai mobilku dan terus berdebat.

“Maksud saya, dia ini dipanggil ‘pangeran’ sama teman-temannya, jadinya songong!” kilahku. Pak Udin mengangguk-angguk saja.

“Gimana, Non, dapat kos?” dia mengalihkan pertanyaan.

“Belum, Pak. Kita coba yang lain, yuk?”


*******


Lihat selengkapnya